BEASISWA
BEASISWA
BEASISWA
Pelayan Rakyat
BEASISWA
BEASISWA
Pelayan Rakyat
Anies
![]() |
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Sumber: CNNIndonesia). |
Bagi saya, narasi kampanye Anies sudah mulai tak elok. Dengan berjalannya pilkada DKI Jakarta memasuki putaran kedua, jalan panjang ini malah makin menampakkan sikap kontradiktif dari kubu Anies sendiri. Salah satu kontradiksi ini adalah pernyataan Anies berkenaan jangan mencampur adukkan politik dengan agama. Dalam menyikapi pernyataan kosong ini, saya mencoba menyegarkan kembali ingatan kita tentang video rekaman Anies yang sedang berkampanye di salah satu Masjid pada putaran pertama. Berikut ini saya tampilkan rekaman tersebut:
Anies Minta Urusan Politik Tak Dicampurkan dengan Agama – Kompas.com
Video tersebut direkam oleh simpatisan Anies sendiri, dan diperkirakan berlokasi di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta. Nampak jelas sekali Anies sedang berkampanye, mulai dari pesan hingga formasi jari membentuk angka tiga, sesuai dengan nomor urut pilkada Anies-Sandi. Dan kejadian ini sudah terjadi sedari putaran pertama berlangsung.
Video ini cukup untuk menjadi saksi bahwa Anies itu mencla-mencle. Pagi kedele, sore tempe. Seharusnya, kalau seorang akademisi seperti Anies konsisten untuk tidak mau mengaduk agama ke dalam pilkada, ia selayaknya mengerti bahwa tidak layak untuk berkampanye di dalam rumah ibadah untuk urusan politik praktis. Ini pun sebenarnya sudah menyalahi aturan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 mengenai pemilihan kepala daerah. Tapi, adakah sanksi untuknya selama ini?
Polemik Pelarangan Shalat bagi Jenazah Pemilih Paslon Nomor Dua
Sebenarnya spanduk-spanduk provokatif dan pemecah belah yang dapat menciptakan konflik horizontal ini sudah lama beredar. Anies melalui jejaring basis massanya seperti PKS pasti sudah lama tahu tentang berita ini dan dapat bersikap jauh lebih cepat untuk menghentikan politisasi agama seperti ini. Pertanyaannya, kenapa ia dan kubunya diam? Entah kenapa ia baru mulai bersuara ketika arah kampanye hitam ini sudah mulai menjadi panah yang berbalik arah dan menyerang dirinya. Setidaknya sudah tersebar beberapa foto di sosial media yang menangkap momen beberapa orang berpose dengan tiga jari. Bahkan ada yang berpakaian “salam bersama” ala timses Anies-Sandi. Berikut ini beberapa fotonya:

Para pendukung Anies-Sandi dan Spandung Larangan Shalat Jenazah Pendukung Ahok. (Sumber: Penelusuran Google.com)

Para pendukung Anies-Sandi dan Spandung Larangan Shalat Jenazah Pendukung Ahok. (Sumber: Penelusuran Google.com)
Bagaimana pun, sulit untuk tidak mengaitkan tindakan fanatisme sempit dari politisasi keagamaan ini dengan kelompok massa dari paslon nomor tiga. Dengan melihat komposisi dari kelompok pendukung Anies, juga foto yang tersebar, tidak sulit menarik kesimpulan bahwa aksi rasis ini digerakkan oleh kubu mereka. Kita harus mengkhawatirkan sikap dua muka seperti ini dari calon pemimpin kita. Di depan mengatakan tidak, tapi di belakang bermain yang tidak-tidak.
Saya sangat menyesalkan sikap Anies dan pembiarannya. Padahal dahulu Anies terkenal dengan jargon “Orang baik tumbang bukan hanya karena banyaknya orang jahat, tetapi karena orang-orang baik lainnya diam dan mendiamkan”. Ketika Anies harus menyatakan perang terhadap isu SARA dan intimidasi, dia malah merangkul kelompok yang paling rasis seperti FPI. Juga tidak jarang ia malah terlibat langsung dalam menaikkan suhu intimidasi di kalangan massa pendukungnya. Jadi sebenarnya Anies ini orang baik yang sedang “diam dan mendiamkan” atau sudah menjadi bagian dari “orang jahat”-nya?

Kata-kata Motivasi dari Anies (2014).
Anies yang Sudah Menjual Segalanya demi Kuasa
Anies-Sandi dan segenap timses yang bergerak di belakang mereka bisa saja terus memojokkan kompetitor mereka. Tetapi sekarang semua kampanye buruk tersebut malah berbalik menghilangkan simpatik kepada kubu Anies sendiri. Tidak ada yang tersisa tentang segala gagasan elok yang pernah ia lontarkan. Semua itu sekarang tinggal rongsokan.
Tidak ada tenun kebangsaan, tidak ada politik santun, apalagi soal festival gagasan. Dari dulu hanya ngotot soal KJP Plus yang tidak berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Juga rumah DP 0 rupiah yang cicilannya pasti akan mencekik masyarakat kalangan menengah ke bawah. Hanya dengan ngotot bahwa program ini pasti jalan, kalangan bawah diiming-imingi dengan apa yang tidak bisa mereka raih. Lagi-lagi hanya janji yang hanya akan membuat warga makin pedih dan gigit jari nanti.
Alih-alih memperbaiki tawaran-tawaran manis mereka, setiap kritik dan kepedulian sosial terhadap politik demokratis yang sehat malah diresponi dengan ngeles dan bermain sebagai korban. Dalih mereka tak jauh-jauh dari “Kami di-bully”, “Program terobosan kami diserang”, dan lain sebagainya. Padahal masyarakat tidak bodoh. Kami bisa mengerti ke arah mana dampak dari program-program tak jelas ini.
Dengan terus berputar pada penjelasan yang itu-itu saja, mereka telah merendahkan intelegensi dari warga pemerhati politik yang juga peduli pada demokrasi negeri ini. Mas Anies dan Mas Sandi, tolonglah berhenti membodohi kami. Kami ini saudara sebangsa dan setanah air dengan anda. Kenapa hanya demi kursi kuasa, anda tega mempermainkan kami?
Akhir kata dari saya bagi para pembaca (Seword). Kita harus terus menyuarakan stop politisasi agama, stop cara-cara politik yang hanya mengedepankan citra, juga stop komunikasi politik dan narasi kampanye yang membodohi warga. Hentikan juga pesan-pesan politik yang memecah belah bangsa serta bermuatan fitnah. Kami bukan orang bodoh, kami bisa membaca pesan-pesan tersirat dari kalimat-kalimat anda berdua. Dan itu terkadang, maaf saja, menjijikan. Oleh Nikki Tirta (sumber seword.com)
![]() |
Debat pilgub DKI 2017. ©2017 Merdeka.com/muhammad luthfi rahman |
KPU DKI Jakarta tengah melakukan pengumpulan data hasil pencoblosan Pilgub DKI pada 15 Februari 2017. Namun, sejumlah hasil hitung cepat menyatakan, Pilgub DKI akan berlangsung dua putaran antara pasangan Basuki T Purnama ( Ahok) - Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan - Sandiaga Uno.
Anggota KPU DKI Jakarta, Betty Epsilon Idroos mengatakan, KPU DKI baru akan mengumumkan hasil Pilgub DKI 15 Februari pada 25 sampai 27 Februari nanti. Dari hasil itu, baru KPU akan menentukan apakah ada putaran kedua atau tidak di Pilgub DKI 2017.
"Setelah kita tetapkan bahwa tanggal 25 selesai misalnya penghitungan suara, lalu kita tunggu apakah ada pasangan calon mengajukan permohonan sengketa 3 hari setelah penetapan, kalau tidak ada, tanggal 4 Maret, kita menetapkan apakah ada putaran kedua atau tidak," kata Betty saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (22/2).
Menurut dia, di putaran dua juga ada tahapan kampanye, namun tidak lama seperti putaran pertama. Dia juga mengatakan, putaran kedua, tidak ada lagi pengundian nomor urut calon.
"Kalau misalnya, tanggal 4 Maret diumumkan berarti tanggal 7 Maret mulai kampanye sampai tanggal 16 April. 19 April pencoblosan," tutur dia.
Betty menegaskan, tahapan tersebut baru perkiraan, karena belum ada hasil resmi dari pencoblosan 15 Februari lalu.
"Intinya tahapan yang akan kita lakukan adalah kampanye, ada kegiatan perbaikan data pemilih, apakah ada putaran kedua, kemudian hari H pemungutan suara, diperkirakan 19 April," tutup dia.
![]() |
Foto Anies saat debat cagub pilkada DKI |
Saya agak kaget melihat kualitas berpikir Prof. Dr. Anies Baswedan yg rendah sekali saat ia mempermasalahkan penggusuran warga dari bantaran sungai atau kali. Kesan yang ia tampilkan adalah *haram hukumnya menggeser warga, walaupun warga melanggar Perda DKI karena warga sudah lama tinggal di bantaran sungai.*
Kesan selanjutnya adalah Pemda DKI melanggar HAM dan tidak manusiawi karena hanya asal gusur saja sehingga menyengsarakan warga. *Ini pendidikan politik yang menyesatkan sebab mereka yang digusur justru direlokasi ke tempat tinggal yang lebih manusiawi.*
Cukup menyedihkan, seorang mantan Menteri Pendidikan tidak mengerti bahwa walaupun sudah lama warga tinggal di bantaran sungai, hal itu tetap saja salah karena melanggar aturan dan justru tidak manusiawi bila Pemda tidak memindahkan mereka ke tempat yang lebih layak dan sehat. *Siapapun yang jadi Gubernur yg waras, harus merelokasi warga yang tinggal di lokasi yang tidak manusiawi.*
Seharusnya Prof. Anies bertanya tentang efektifitas program relokasi itu, bukan malah membela warga yang tidak paham aturan. Mantan Menteri Pendidikan ini *memberikan pendidikan yang salah kepada warga Jakarta.*Pantas saja Ahok katakan debat berikut harus lebih berkualitas. Artinya berdebat secara mendidik, bukan membodohi warga atau membela kebodohan dengan tujuan mencari simpati dari kelompok warga yang tak paham aturan.
Sikap Prof. Anies itu agak mengejutkan saya sebab Anies yang saya kenal dekat biasanya tidak seperti itu cara pandangnya. Saya kenal Anies sebagai cendekiawan yang cukup arif dan berwawasan luas. *Pilkada DKI telah mengerdilkan kepakaran dan kearifan Prof. Anies*.
Ketika menyinggung prostitusi di Alexis, Anies sebetulnya melempar boomerang. Saat ia duduk di kursi Mendiknas, ia justru tidak berbuat apa-apa untuk mengatasi prostitusi, bahkan ia gagal memasukkan usulan BNN untuk memasukkan pendidikan antinarkoba ke dalam kurikulum sekolah.
*Intiya, paslon penantang petahana harus mampu menyodorkan konsep yang lebih baik daripada yang sudah dijalankan oleh petahana, bukan sekadar mengkritik secara tidak berbobot dan memberikan pendidikan politik yang tidak mendidik.*Jadi, mestinya adu konsep dan berikan solusi yang lebih baik, bukan sekadar memikat pemirsa dengan argumen yang tidak berkualitas dan tidak mendidik.
*Agus tampil cukup memukau dari segi Show atau penguasaan pentas.* Tapi masih teoritis dan kurang hati2 dari segi ketelitian data dan angka. Ia perlu lebih cermat dalam debat berikut agar argumennya tidak menjadi boomerang. Sebab bila tiga program bantuannya dijalankan maka akan menyedot sekitar Rp51,169 triliun padahal APBD DKI hanya Rp67,160 triliun, lalu belanja rutin birokrasi serta program lainnya dibiayai dengan apa?
Ambisi Agus-Silvy utk *luncurkan Kartu Jakarta Satu juga terkesan aneh sebab sudah ada program Pemda bernama Jakarta One yang sudah direstui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan akan segera digulirkan.*Itu sebabnya Ahok nyengir dan katakan paslon 1 tidak mengerti aturan keuangan Pemerintah.
Secara obyektif, seperti dalam pertandingan tinju, paslon penantang harus bisa memukul petahana sampai jatuh tersungkur alias KO, sebab kalau hanya kumpul angka, maka mereka tak bisa merebut sabuk juara. Ini yang belum tampak dari kubu para penantang Ahok. Paslon penantang harus bisa pukul telak secara upper cut ke dagu atau melepaskan hook kiri kanan ke kepala juara bertahan baru bisa tumbangkan dia. Ibaratnya seperti itu. Kalau hanya jab-jab ringan, tak akan bisa goyahkan petinju pro yang bermental juara.
*Kuncinya adalah tampil dengan strategi dan konsep yang lebih meyakinkan. Kalau hanya teori dan kritik, maka tak mudah mengalahkan petahana.*
Demikian observasi komentator tinju dari sudut ring Pilkada DKI...
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Screnshoot isi WA Rizieq dan Firza pada video Kembali memperoleh dokumenter perselingkuhan Habib Rizieq Shihab dan Firza Husein. Anonymous ...
-
Purba secara etimologi bermakna timur, kata ini serumpun dengan kata "purwa" dalam bahasa Jawa. Kata ini berakar dari bahasa Sansk...
-
Bima Arya Sugiarto Politisi Dr. Bima Arya Sugiarto adalah seorang politisi Indonesia. Bima adalah wali kota Bogor periode 2014-2019. Bima la...
-
daftar beasiswa 2018, daftar beasiswa 2017, beasiswa luar negeri 2018, beasiswa luar negeri 2017, beasiswa 2017,beasiswa 2018 silakan diba...
-
Persyaratan yang harus dipenuhi calon mahasiswa meliputi hal-hal berikut: Persyaratan tidak buta warna total maupun parsial, untuk Fakultas/...
-
Acara penutupan Pesta Rondang Bittang (PRB) dengan menggelar acara Haroan Bolon (gotong royong) dan tortor sombah, akan dihadiri 8 ribu warg...
-
Foto: Getty Images Salah satu masalah klasik mereka yang telah lulus kuliah adalah bingung mau kerja apa. Bahkan tak jarang yang 'asal b...
Recent Comment