Select Menu

BEASISWA

BEASISWA

BEASISWA

Pelayan Rakyat

BEASISWA

BEASISWA

Pelayan Rakyat

Ilustrasi jus delima. Shutterstock/Africa Studio

Buah, apapun nama dan bentuknya tetap akan memberikan manfaat untuk kesehatan tubuh. Begitu pula dengan buah pomegranate atau yang bisa disebut dengan delima.


Biasanya delima dikonsumsi secara langsung dari buahnya. Namun delima juga banyak diolah menjadi jus dan ternyata pria wajib untuk meminumnya agar mendapatkan manfaat dalam kesehatan seksual berikut ini.



Meningkatkan libido

Menurut penelitian dari Queen Margaret University di Edinburgh, jus delima mampu berfungsi sebagai afrosidiak alami dan meningkatkan gairah seksual pada pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria yang minum segelas jus delima secara rutin selama minimal 15 hari menunjukkan lonjakan hormon testosteron yang mampu membuat libido meningkat.



Meningkatkan kualitas sperma

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Nutrition menemukan bahwa minum jus delima tiap pagi akan meningkatkan konsentrasi sperma dan kepadatan sel spermatogenik serta lapisan germinal yang membantu dalam peningkatan produksi sperma.



Membantu mengatasi ejakulasi dini

Kamu ingin terhindar dari ejakulasi dini? Minumlah jus delima secara rutin karena kandungan nitrat dalam jus delima tidak hanya meningkatkan aliran darah ke alat kelamin namun juga dapat mengurangi stres oksidatif yang menjadi penyebab dari ejakulasi dini.



Agar mendapatkan manfaat sehat yang lebih maksimal, pilihlah jus delima yang terbuat dari buah delima asli. Bukan jus delima kemasan.

Sumber : https://www.merdeka.com/sehat/pria-wajib-minum-jus-delima-untuk-dapatkan-manfaat-seksual-ini.html (JMP/ML)
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama petani
Jakarta adalah legenda bagi Indonesia. Sebuah tempat yang menawarkan seluruh derajat kehidupan bagi mereka yang mampu membeli.

Peredaran uang yang terbesar di seluruh tanah Indonesia berada di Jakarta. Pusat perwakilan politik dari mulai pemerintahan sampai kepartaian berada di tangan Jakarta. Energi dari seluruh bisnis yang terhampar di seluruh wilayah Nusantara uangnya semua mengalir ke Jakarta.

Pusat dari seluruh pungutan pajak dari seluruh industri yang tersebar sampai pelosok desa, Kantor Pusat, NPWP, dan bagi hasilnya berada di Jakarta.

Kampung-kampung seakan mengering, kehilangan gairah karena kekurangan darah. Jakarta seolah tidak memberikan ruang lagi bagi tempat lain untuk berdiri dengan kokoh, cukup vitalitas dan gizi, kaya protein dan inisiatif.

Kini Jakarta menggelar kenduri. Memilih pemimpin secara demokratis dan terbuka. Seluruh sudut pandang mata dan telinga kini tertuju kembali ke Jakarta. Bukan hanya hari ini, melainkan sudah sejak sekian waktu yang silam, seolah tidak boleh ada berita yang lain kecuali Jakarta.

Hingar bingar Pilkada serentak di seluruh pelosok negeri kini senyap terkubur tanpa pemberitaan, seolah yang lain tak memiliki peran bagi hitam putihnya negeri. Seolah hanya Jakartalah yang menentukan Indonesia ke depan. Pilkada Jakarta, seperti menentukan hidup dan matinya Indonesia.

Padahal apabila kita mau melakukan perenungan secara mendalam, energi bangsa ini terhampar secara merata di seluruh persada Nusantara.
Dari sudut-sudut kampung yang tak terurus mengalir kiriman beras, jagung, kelapa sawit, karet, kopra, pala, buah-buahan, sayur-sayuran, telur, susu, daging, ikan, dan seluruh kebutuhan hidup masyarakat.

Dari sudut-sudut kepulauan Nusantara mengalir hasil tambang, emas, perak, nikel, belerang, gas, minyak bumi, bauksit, uranium, timah, bijih besi yang sangat menentukan tegak atau rapuhnya bumi Indonesia.

Seluruh kebutuhan yang sangat menentukan kehidupan itu nyaris tak pernah menjadi wacana publik yang menjadi pembicaraan kita, apalagi melakukan pengelolaan secara sempurna bagi derajat dan kesejahteraan masyarakat.

Krisis seluruh produk itulah yang sesungguhnya menentukan nasib bangsa kita. Gagal panen berdampak pada krisis beras nasional. Menurunnya produksi jagung berdampak pada tingginya harga pakan ternak.

Menurunnya jumlah populasi sapi, ayam potong dan ayam petelur berdampak pada semakin mahalnya protein hewani bagi masyarakat, sehingga kita harus impor.

Menurunnya produksi ikan tangkapan, pesisir yang tidak terurus, berdampak pada kenaikan harga ikan, garam dan menurunnya pariwisata bahari di Indonesia.

Menurunnya harga gas alam, sawit, karet berdampak pada menurunnya ekspor komoditi kita dan mengganggu struktur anggaran negara.

Kerusakan lingkungan di hulu Jawa Barat berdampak pada meluapnya air di Citarum, sehingga memenuhi bibir Danau Saguling, berimbas ke Cirata lalu bermuara di Jatiluhur.
Kalau tidak terkendali, air akan merambah wilayah Karawang, Bekasi dan akhirnya menenggelamkan Jakarta.

Sadarkah kita, Pilkada Jakarta bukan segalanya bagi Indonesia. Untuk apa kita bermusuhan, berkelahi, bercakar-cakaran, hanya karena ingin punya gubernur yang sesuai harapannya di Jakarta. Jakarta adalah Indonesia, tapi Indonesia bukan hanya Jakarta.

Kompas Kolom : Dedi Mulyadi
Editor : Wisnubrata
Sumber : http://regional.kompas.com
Bank Indonesia meluncurkan uang NKRI pada Senin (19/12/2016) dengan menampilkan 12 pahlawan nasional.
Adapun uang desain baru yang diluncurkan hari ini mencakup tujuh pecahan uang rupiah kertas dan empat pecahan uang rupiah logam.
Pecahan Rp 100.000
dok BIpecahan seratus ribu
Pecahan Rp 100.000 tetap menampilkan duo proklamator, Soekarno-Hatta, dan didominasi warna merah. Yang membedakan dari desain yang lama, gambar Presiden RI pertama, Soekarno, terlihat lebih elegan dan tidak terlalu formal. Selain itu, di bagian belakang terdapat gambar Tari Topeng Betawi, sedangkan pada desain lama berupa gedung DPR/MPR.
Pecahan Rp 50.000
dok BIpecahan lima puluh ribu
Pecahan Rp 50.000 tetap didominasi warna biru. Dalam desain baru, pecahan ini menampilkan pahlawan nasional Ir Djuanda Kartawidjaja. Pada desain lama, gambar yang menghiasi pecahan ini adalah I Gusti Ngurah Rai. Sementara itu, pada bagian belakang terdapat gambar Tari Legong dari Bali dengan latar belakang pemandangan alam Pulau Komodo.
Pecahan Rp 20.000
dok BIpecahan dua puluh ribu
Pecahan ini tetap didominasi warna hijau dengan menampilkan pahlawan nasional GSSJ Ratulangi. Di pecahan desain lama, pahlawan yang ditampilkan adalah Otto Iskandardinata. Pada bagian belakang terdapat gambar Tari Gong dari Suku Dayak dengan latar belakang panorama alam Derawan, Kalimantan Timur.
Pecahan Rp 10.000
dok BIpecahan sepuluh ribu
Pecahan yang didominasi warna ungu ini ditampilkan dengan gambar pahlawan dari tanah Papua, Frans Kaisiepo, dan pada bagian belakang terdapat gambar Tari Pakarena dari Sulawesi Selatan serta pemandangan alam Taman Nasional Wakatobi dan bunga cempaka Hutan Kasar.
 Pecahan Rp 5.000
dok BIpecahan lima ribu
Pecahan yang didominasi warna coklat ini ditampilkan dengan gambar pahlawan nasional KH Idham Chalid dan di bagian belakang uang terdapat gambar penari gambyong, pemandangan alam  Gunung Bromo, serta bunga sedap malam.
Pecahan Rp 2.000
dok BIpecahan dua ribu
Pada pecahan yang didominasi warna abu-abu ini terdapat gambar pahlawan nasional Moehammad Hoesni Thamrin. Sementara itu, di bagian belakang terdapat gambar Tari Piring dari Sumatera Barat serta pemandangan alam Ngarai Sianok dan bunga jeumpa.
Pecahan Rp 1.000
dok BIpecahan seribu
Pada pecahan yang didominasi warna hijau ini terdapat gambar pahlawan wanita dari Aceh, Tjut Meutia. Di bagian belakang terdapat gambar Tari Tifa dari Papua dan Maluku Tenggara serta pemandangan alam Banda Neira dan bunga anggrek Larat.
Uang logam
Selain uang kertas, BI juga menerbitkan uang logam. Pada pecahan Rp 1.000, pahlawan dari Bali ditampilkan, yakni I Gusti Ketut Pudja. Adapun di pecahan Rp 500 terdapat gambar Letjen TNI TB Simatupang.
Pada pecahan Rp 200 terdapat gambar pahlawan nasional Dr Tjiptomangunkusumo, dan di Rp 100 terdapat gambar Prof Dr Herman Johannes yang juga Rektor Universitas Gadjah Mada 1961-1966.

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/12/19/112527926/ini.tampilan.uang.nkri.desain.baru
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Istana Merdeka, Jakarta, 27 Oktober 2014. Susi adalah pengusaha sukses yang memulai bisnisnya sebagai pengepul ikan di Pangandaran, Jawa Barat. TEMPO/Subekti.
Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan sudah menyusun program seratus hari untuk lembaganya. Intinya, kata Susi, program ini akan meneruskan hal-hal yang sudah dilaksanakan oleh Menteri Kelautan Sharif Cicip Sutardjo. "Saya juga akan memetakan dan mengevaluasi hal-hal yang kurang selama ini," ujar Susi di kantornya, Rabu, 29 Oktober 2014. 

Salah satu program kerja Menteri Susi adalah memberantas pencurian ikan di seluruh wilayah Indonesia. Susi menuturkan kawasan perairan di Indonesia kerap menjadi area pencurian ikan yang dilakukan kapal penangkap dari luar negeri. Kapal-kapal yang menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia sangat merugikan. "Karena itu, perusahaan yang menangkap ikan segara ilegal akan saya babat."

Cara memberantas illegal fishing, kata Susi, adalah dengan mendata semua kapal-kapal komersil yang masuk ke dalam perairan Indonesia. "Saya akan memulai dengan pendataanonline. Kapal yang masuk ke Indonesia dapat terpantau, sama seperti data pesawat terbang," ujarnya. 

Selain itu, tutur Susi, dirinya akan mengoptimalkan sumber daya perikanan dan kelautan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sebab, potensi sektor perikanan di Indonesia sangat besar, mengingat 70 persen wilayahnya adalah laut. Bahkan, kata Susi, luas perairan di Indonesia lima kali lebih besar daripada luas negara tetangga seperti Thailand. "Tapi angka ekspor perikanan kita lebih rendah daripada Thailand dan Malaysia. Ini menjadi hal yang harus dibenahi," katanya. 
Menteri Kelautan Perikanan Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti menjadi satu-satunya menteri dalam Kabinet Kerja yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Wanita nyentrik yang didapuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan ini tidak lulus SMA, alias cuma berijazah SMP.

Bukan tanpa sebab Susi cuma berijazah SMP. Dia memutuskan berhenti dari bangku kelas 2 di SMAN I Yogyakarta setelah dikeluarkan oleh sekolah karena aktif dalam gerakan golput pada masa itu. Pada tahun 1980-an atau era Orde Baru, gerakan golput adalah hal yang terlarang.

Setelah tidak bersekolah lagi, Susi memulai profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Dengan modal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan, pada 1983 Susi memulai bisnisnya. Pada 1996 dia kemudian mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek "Susi Brand".

Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar.

Walaupun hanya lulusan SMP, Susi menerima banyak penghargaan antara lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia. 

Tahun 2006, ia menerima Metro TV Award for Economics, Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia Berprestasi Award dari PT Exelcomindo dan Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009.

Setelah ditunjuk jadi menteri, Susi khawatir tidak bisa lagi teriak seperti saat masih menjadi pengusaha.

"Satu hal saya khawatirkan, kalau saya jadi menteri, saya tak bisa teriak-teriak ke menteri lainnya. Now, I do not anymore," kata Susi saat konferensi pers di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Minggu (26/10).

Dia memang tidak menjelaskan rinci apa yang dimaksud. Namun bisa jadi hal tersebut berkaitan dengan sejumlah kebijakan pemerintah yang dinilai kurang menguntungkan pengusaha. Dengan posisi dia saat ini, Susi menyadari tidak lagi bisa melakukan hal tersebut.