BEASISWA
BEASISWA
BEASISWA
Pelayan Rakyat
BEASISWA
BEASISWA
Pelayan Rakyat
PERISTIWA
![]() |
SBY-Antasari. ©2017 Merdeka.com |
Partai Demokrat melaporkan Mantan Ketua Komisi PemberantasanKorupsi (KPK) Antasari Azhar ke Bareskrim Polri. Laporan itu menyusul tudingan Antasari kepada Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai aktor kriminalisasi kasus pembunuhan Bos Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnain.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan laporan Partai Demokrat bisa gugur jika Antasari mempuyai barang bukti atas tuduhannya.
"Nanti kita lihat apakah Antasari itu memiliki bukti, maka laporan pencemaran nama baiknya gugur, tapi kalau tidak mempuyai bukti itu bisa pencemaran nama baik," kata Tito di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (22/2).
Mantan Kepala BNPT ini mengaku telah menjadwalkan pemanggilan mantan Presiden ke-6 itu untuk dimintai keteranganya atas laporan Demokrat.
"Oh iya, sebagai pelapor kita akan mendegarkan keterangannya beliau (SBY)," tandasnya.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Didi Irawadi telah menyerahkan barang bukti yang telah mereka kumpulkan terkait dugaan pencemaran Antasari kepada SBY.
"Sudah berbagai barang bukti ya, berbagai apa namanya itu fotokopi-fotokopi statement dia yang sudah jadi viral di berbagai media massa, dan juga kami siapkan rekaman-rekaman pernyataan saudara Antasari," kata Didi di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (15/2).
Didi merasa yakin apa yang dilakukan oleh Antasari Azhar mengandung unsur pidana dan harus segera diproses.
"Memastikan bahwa dugaan unsur pidana itu ada, sehingga laporan kami berlanjut. Mungkin itu aja bisa kami sampaikan, selanjutnya kita menunggu proses lebih jauh dan kami berharap Kepolisian segera menindaklanjuti dan memproses saudara Antasari Azhar," tekannya.
![]() |
Perwakilan massa aksi bertemu dengan Komisi III (Lamhot Aritonang/detikcom) |
Jakarta - Komisi III DPR menggelar rapat dengan perwakilan massa Forum Umat Islam (FUI) tadi siang. Di tengah rapat, anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat (PD) Didik Mukrianto menyampaikan unek-uneknya terkait dengan fitnah yang dialamatkan kepada Ketum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Persoalan-persoalan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat memang sangat dinamis dengan berbagai perspektif cara pandang yang berbeda, bahkan banyak beberapa tuduhan ataupun fitnah dialamatkan kepada ketua umum kami, bahwa ketua umum kami, Pak SBY, menjadi korban fitnah yang selama ini terjadi terkait dengan berbagai aksi damai yang dilakukan oleh umat Islam belakangan ini," ujar Didik di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (21/2/2017).
Hal itu disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan perwakilan massa FUI. PD sendiri akan terus berjuang melawan fitnah yang ditujukan kepada Presiden RI ke-6 tersebut.
"Tentu kami di Fraksi Partai Demokrat dan Partai Demokrat terus melawan dan menegakkan serangan-serangan dan tuduhan keji serta fitnah yang dialamatkan kepada negarawan kita, Pak SBY, Presiden ke-6 RI," ujar Didik.
Baca :
DPR Berjanji Teruskan Tuntutan Aksi 212 ke Presiden Jokowi
Didik menuding 'serangan' yang diluncurkan kepada SBY bertubi-tubi. Pada 14 Februari lalu, SBY bahkan mengungkapkan serangan politik terus diterimanya sejak November 2016.
"Perjalanan ini bukan hanya serangan yang sekali saja, tetapi terus-menerus berbagai persoalan dialamatkan ke beliau. Tentu, kami tidak menerima itu, kami akan perjuangkan karena memperjuangkan kebenaran tidak mudah, meskipun langit runtuh, kami akan perjuangkan hak untuk menegakkan keadilan," terang Didik.
"Harapan kita semua, berbangsa dan bernegara bukan dilandaskan atas keinginan nafsu kekuasaan. Tapi tentunya juga berdasarkan kepentingan bersama di atas tegak dan lurusnya kebenaran dan keadilan," pungkas Didik disambut tepuk tangan hadirin rapat.
![]() |
Suasana banjir di Kantor Gudang Garam, Sunter, Jakarta, 21 Februari 2017. Dok. Juliwati |
Sutopo menjabarkan, 54 titik banjir tersebut terdiri dari 11 titik di Jakarta Selatan, 29 titik Jakarta Timur, dan 14 titik di Jakarta Utara. Di wilayah Jakarta Selatan, ketinggian air berkisar antara 20 hingga 50 sentimeter.
Baca:
Jelang putaran kedua Pilgub, Ahok & Anies saling serang soal banjir
Sementara di Jakarta Timur, ketinggian air antara 10 sentimeter hingga satu meter dan di Jakarta Utara, ketinggian air mencapai 90 centimeter. "Banjir juga merendam wilayah Bekasi, seperti Jakasetia dan Jakasampurna, sementara di Tangerang terdapat di Pondokranji," katanya.
Sutopo menambahkan, banjir kali ini disebabkan drainase perkotaan tidak mampu menampung aliran air sehingga sungai-sungai meluap dan aliran dari drainase tak bisa dialihkan ke sungai. Berikut ini data ketinggian banjir di tiga wilayah tersebut.
Jakarta Selatan
1. JOR Arah Pondok Indah, Jakarta Selatan, 30 cm
2. Duta Indah Blok M, Jakarta Selatan, 32 cm
3. Kompleks Kejagung Blok H, Jakarta Selatan, 30 cm
4. Kalibata City, Jakarta Selatan, 30-40 cm
5. Mampang, Jakarta Selatan, 20-50 cm
6. Simprug Golf Senayan, Jakarta Selatan, 15 cm
7. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 40 cm
8. Jalan Pancoran Barat, Jakarta Selatan, 40 cm
9. Jalan Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Selatan, 20-30 cm
10. Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, 20-40 cm
11. LAN Pejompongan, Jakarta Selatan, 30 cm
Jakarta Timur
1. Kebon Pala, Kampung Makasar, Jakarta Timur, 40 cm
2. Pondok Kelapa, Permukiman Rumah Lampiri, 30-50 cm
3. Kompleks Bilimun 70 cm
4. Jalan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, 20-30 cm
5. Pondok Kelapa, Lembah Lontar, Jakarta Timur, 100 cm
6. Pondok Kelapa, Lembah Nyiur, Jakarta Timur, 30 cm
7. Taman Malaka Selatan 3, Jakarta Timur, 100 cm
8. Jalan Pendidikan Raya, Jakarta Timur, 50-60 cm
9. Rumah Sakit Duren Sawit, Jakarta Timur, 40-50 cm
10. Delapan titik di Klender, Jakarta Timur, 10-20 cm
11. Dua titik di Duren sawit, Jakarta Timur, 20-30 cm
12. Perumnas Klender, Jakarta Timur, 50 cm
13. RW 5, Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur, 40 cm
14. Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur, 10-12 cm
15. Kelurahan Rawa Terate, Jakarta Timur, 40-60 cm
16. Perum Jatinegara Indah, Jakarta Timur, 30 cm
17. Pulogebang PHP, Jakarta Timur, 20-30 cm
18. Cakung Timur, Jakarta Timur, 30 cm
19. Cakung, Jakarta Timur, 30-40 cm
20. Garden City Cakung, Jakarta Timur, 40 cm
21. Kompleks Keuangan, Jakarta Timur, 20 cm
22. Layur, Jakarta Timur, 14 cm
23. Jalan Balai Pustaka, Jakarta Timur, 50 cm
24. Jalan Pemuda, Rawa Mangun, Jakarta Timur 20 cm
25. Jalan Rawamangun, Jakarta Timur, 30 cm
26. Pulomas Kayu Putih, Jakarta Timur, 40 cm
27. Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur, 10-15 cm
28. Kayumas Utara, Jakarta Timur, 40 cm
29. Kayu Manis I, Jakarta Timur, 30 cm
Jakarta Utara
1. Pulo Nangka Timur, Jakarta Utara, 30 cm
2. Kelapa Gading, Jakarta Utara, 20-30 cm
3. Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara, 40 cm
4. Kompleks Janur Indah, Jakarta Utara, 15-25 cm
5. Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, 25 cm
6. Boulevard MOI, Jakarta Utara, 28 cm
7. Pegangsaan, Jakarta Utara, 60 cm
8. RW 12, Pegangsaan 2, Jakarta Utara, 40 cm
9. Tugu Utara Plumpang, Jakarta Utara, 80 cm
10. Kelurahan Laboa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, 20-80 cm (dua titik)
11. Pasar Rebo, Jakarta Timur, 50 cm
12. Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur, 40-90 cm
13. Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur, 60 cm
14. Kelurahan Pondok Gede, Jakarta Timur, 20-70 cm
INGE KLARA SAFITRI
Sumber : https://metro.tempo.co/read/news/2017/02/21/083848593/banjir-kepung-ibu-kota-ini-54-titik-genangannya (jmp/ml)
Foto IG @maxwelmanik |
As a young generation, there are so many simple things we can easily do to save our earth in our daily life. Watch this video!
Klik ---> https://www.instagram.com/p/BQuBQ4ZgQa4/
Klik ---> https://www.instagram.com/p/BQuBQ4ZgQa4/
Klik ---> https://www.instagram.com/p/BQuBQ4ZgQa4/
Hello, I am Andre Maxwel Manik
I am going to attend Greeneration Friend of Earth Camp (GFE) 2017 that will be held in Klui Beach, North Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia at 9-12 March 2017.
GFE is an event purposely organized for youths who care about the future of their environment and have intention to do a concrete effort to preserve the nature.
The 2nd stage of this camp is Video Campaign that select the top 50 contestants to join this camp. I am really need your help by give a LIKE and COMMENT to this video and don't forget to SHARE this video to others.
Klik ---> https://www.instagram.com/p/BQuBQ4ZgQa4/
Klik ---> https://www.instagram.com/p/BQuBQ4ZgQa4/
Klik ---> https://www.instagram.com/p/BQuBQ4ZgQa4/
Together, we can save our earth.
@sasambogreeneration
#GFECamp2017 #greenerationfriendofearth
@maxwelmanik
![]() |
ahok anies. ©2017 Merdeka.com |
Pilgub DKI putaran dua akan diselenggarakan pada 19 April 2017 mendatang. Tensi politik ibu kota pun kembali memanas.
Calon Gubernur DKI nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama dan nomor urut 3, Anies Rasyid Baswedan mulai saling serang. Kali ini, persoalan banjir yang dijadikan bahan untuk saling sindir.
Anies menuding calon petahana belum merampungkan persoalan banjir, terlihat dari beberapa wilayah di DKI yang masih digenangi air belakangan ini lantaran curah hujan yang cukup tinggi.
"Dikira udah bebas banjir ya? artinya memang kita harus lebih objektif dalam menilai perkembangan selama ini. Kadang-kadang kita menganggap itu enggak ada masalah, semua masalah sudah selesai semua padahal masih banyak masalah yang ada," kata Anies di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Kamis (16/2).
"Karena itu kenapa kita menawarkan perubahan karena kita ingin agar berbagai terobosan itu bisa dilakukan lebih cepat nanti kita lihat," sambungnya.
Menurut Anies, untuk mengatasi banjir di Jakarta harus melibatkan semua pihak. Anies menegaskan, dirinya dan Sandi telah memiliki konsep agar Jakarta terbebas dari banjir.
Saat meninjau lokasi banjir di Bukit Duri, Anies mengaku tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi banjir kali ini, pasalnya ia belum menduduki kursi orang nomer satu di DKI.
"Saat ini saya belum menjadi gubernur jadi belum bisa berbuat langsung," ungkapnya.
Ia pun mempertanyakan program normalisasi yang dinilainya mandek 3 tahun. "Masa mandek 3 tahun. 3 tahun mandek, apa sebabnya saya belum tahu tapi laporannya 3 tahun berhenti," ucap Anies.
Menjawab sindiran Anies, Ahok menuding jika mantan Rektor Universitas Paramadina itu tidak mengerti matematika.
"Ah gak usah ngomong lah, capek jadi politik. Kamu ngerti matematik enggak sih? dari dua ribuan (titik banjir) jadi 400 an, dari 400 tinggal 80, kalau itu normalisasi enggak bener, apakah bisa turun tinggal 80?," kata Ahok, di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Senin (20/2).
Ahok menambahkan, jika program normalisasi tidak benar berarti orang-orang yang tergabung dalam Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerja Umum, bukanlah orang-orang pintar.
"Kalau normalisasi enggak bener, berarti seluruh orang-orang di negeri ini salah semua pak, PU pusat pinter-pinter merancang ini, berarti salah semua. Profesor juga banyak loh disana," ujar Ahok.
"Sekarang kalo dari 2.000 berkurang jadi 80 berarti berhasil, kalau dari duit lu 2.000 jadi 80 perak itu gagal. Kalau duit berkurang itu gagal, tapi kalau bencana berkurang berarti berhasil, dong," tandas Ahok.
Sidangahok buniyani saksipalsu peradilan kepseribu fakta dan data penistaanagama fitnah Sidang Ahok semakin berbelit dan tidak jelas juntrungannya. Saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum tidak jelas latar belakang dan skema pelaporannya, menyalahi kapasitas sebagai Saksi fakta bukan sebagai saksi ahli dan lain sebagainya. Keterangan yang mereka hadirkan sering menyalahi BAP. Ketimpangan pernyataan ini menunjukkan saksi yang dihadirkan tidak kredibel dan terlalu menggebu-mennggebu menjadi saksi yang memberatkan karena sentimen berlebihan terhadap Terdakwa, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok.
Hal unik sekaligus konyol yang harus selalu kita ingat adalah semua saksi yang melaporkan Ahok tidak ada yang hadir di pidato Ahok pada 27 September di Kepulauan Seribu. Mereka hanya melihat unggahan video bahkan ada yang melaporkan berdasarkan share video di grup Whatsapp. Di antara para saksi tersebut (untungnya) tidak ada yang mengaku melaporkan berdasarkan video unggahan Buni Yani, namun kata-kata yang ada di video Buni Yani masih digunakan sebagai bahan kesaksian. Ironi bukan?
Tabligh akbar Aa Gym di masdjid Jsmi al Makmuriah di Pulau Pramukan Kepulauan Seribu berlangsung lancar pada hari Senin, 9 Januari 2017 dari jam 13.15 hingga jam 16.00 dihadiri sekitar 3000 pengunjung dari P Pramuka dan pulau pulau sekitarnya. Dengan spirit keagamaan masyarakat Kepulauan Seribu yang demikian, nampaknya mereka yang akan menjadi saksi kejadian akan memberikan kesaksian yang jujur. Sebab para saksi itu sangat memahami bahwa memberikan kesaksian palsu merupakan salah satu dosa besar bagi orang yang beriman.
Kesasian masyarakat Kepulauan Seribu di luar sidang yang selama ini di viralkan di sosial media akan menjadi hal hoax lagi, dan keskasian merka kemungkinan 100 % sama dengan kesaksian pelapor yang dilandaskan dari video yang diunggah pemerintahan provinsi DKI di media sosial youtube. Artinya alat bukti saksi akan terbukti secara syah dan meyakinkan. Vonis tindak pidana Ahok hanyalah tinggal satu kata bukti lagi bisa berupa keterangan ahli, surat ataupun alat bukti petunjuk, yang semuanya akan menuju vonis hakim untuk Ahok akan kesalahan atas tindak pidana penistaan agama akan secara sah dan meyakinkan terbukti.
Dengan menganggap ahok secara sah dan terbukti sebagai penistaan agama dan di vonis, sejenak mari kita membandingkanya dengan Pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh pimpinan pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Senin (26/12), karena diduga melecehkan umat Kristen melalui isi ceramahnya di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, berdasarkan tayangan video yang diunggah oleh SR melalui akun Twitter dan AF melalui akun Instagramnya.
"Dalam bahasa dia (Rizieq Shihab), menurut kami, dia mencela (melalui kata-kata) 'Kalau Tuhan beranak, bidannya siapa'," ungkap Angelius.
Beberapa hari terakhir Rizieq yang mendaklarasikan FPI tahun 1998 diterpa isu akan dijemput paksa oleh kepolisian, hal ini terkait isu penghinaan Pancasila yang menyeret namanya. Pada pemanggilan pertama, Habib Rizieq yang pernah bersekolah di SMP Kristen Bethel Petamburan tak hadir dengan alasan sakit pada Kamis 5 Januari 2017 lalu. Kapolri, Jendral Tito Karnavian mengatakan jika panggilan pertama dan kedua tidak dihadiri maka yang bersangkutan akan dijemput paksa.
Mengikuti banyaknya isu Rizieq dituding juga sebagai biang keladinya Ahok menjadi terdakwa penistaan agama ini memang menjadi target para pendukung Ahok. Namun sejauh ini belum tersentuh hukum. Kiprahnya dinilai menguntungkan bagi kompetitor Ahok dalam Pilkada DKI yang menarik Anies Baswedan, cagub DKI mengunjungi markas FPI. Mudah diduga, kunjungan tersebut sebagai sinyal merangkul Rizieq terkait pendulangan suara pemilih.
Jangan memilih pemimpin kafir yang dihembuskan Rizieq ini berhasil memancing Ahok mengelurkan statemen yang kemudian menjadi masalah hukum sebaliknya statemen Rizieq juga dipermasalahkan melalui kepolisian. Namun yang paling menarik disini, Rizieq berlatar belakang pendidikan lembaga Kristen. Sehingga kuat kemungkinan, jalur agama digunakan untuk kepentingan politik dan memang kenyataannya demikian, aksi massa Islam mengancam karier politik Ahok.
Adakah kaitan antara kasus yang menimpa calon gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 untuk Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan pelaporan Rizieq yang pada era pemerintahan SBY pernah divonis 1,5 tahun penjara karena dinyatakan bersalah terkait penyerangan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan atau AKKBB pada peristiwa Insiden Monas 1 Juni?
Jhon Mejer Purba (Mahasiswa Sarjana ITB)
Ketua Cabang di HIMAPSI (Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun) Bandung
![]() |
Doa sebelum pembubaran KKR Natal oleh Bpk. Stephen Tong |
Hari ni setelah membuka akun Facebook saya kembali merenung melihat beberapa komentar yang ada di beberapa postingan saya. Saya sangat kagum buat kaum Nasrani khususnya, banyak kejadian yang terjadi di akhir pekan ini. Seperti pengeboman di Medan sampai ke Samarinda yang mengorbankan anak kecil begitu juga dengan pembubaran KKR Natal.
Melihat respon yang selalu mengutamakan KASIH bukan permusuhan, serta banyaknya sesama umat Nasrani mengajak agak tidak terprovokasi dan tetap menjaga kebhinekaan dan terus menyuarakan semangat pemersatu karna KITA INDONESIA. Begitu juga dengan postingan saya sebelumnya menanggapi Aksi Penolakan KKR Natal di situs Wordpress saya Klik disini
Brberapa komentar yang terdapat di postingan saya antara lain mengatakan :
Kaban Tuah Fernando Purba Masyarakat sudah mulai kecanduan agama,, sudah menyembah agama, bukan Tuhan!
Resmi Saragih Yski Susah bang kalo ngomong sama iq jongkok hahha yg ga perlu d permasalahan aja jadi masalah..
Riko Suhendra Turnip Tetaplah bersyukur buat kejadian ini. Jgan pernah menghakimi. Jgan pernah mengutuk. Karna kita kristen yang slalu di ajarkan kasih
Sosok pendeta yang juga saya kenal dengan baik Pdt. Erik Barus berkomentar : Jangan arogan. Yesus sendiri mengatakan ketika dia mau disalibkan. Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Tuhan ada rencana lain, ujar Jenson Saragih menambahkan.
Ira Purba Sidagambir Bukan kah untuk jadi pemenang yang sesungguhnya itu memang harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan? Jadi mungkin inilah tantangan dan rintangan yg kita harus lewati untuk menjadi pemenang sejati. Ambil nilai positifnya aja
Ony Letare Dumasty Saragih Damai sejahtera tuk kita semua..ummat ciptaan Tuhan,Yesus beserta murid2Nya juga menerima cercaan,dihina dan di fitnah,ampuni semua hamba2 mu Tuhan.,,Amin
Luis Delapara Purba berkomentar hanya memakai hastag #bandungintoleran
Saya menjawab dengan lantang : Semoga tidak!
Mengingat kota Bandung di Tahun 2015 mendapatkan penganugrahan sebagai Percontohan Kota Ramah Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia oleh PBB dan salah satu yayasan internasional yang bergerak dalam hak asasi manusia.
Meskipun sedikit kecewa melihat postingan lewat akun Instagram, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mencoba menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan koordinasi soal itu, dan menulis: "Kegiatan dilanjut saja. Hak beragama Anda dilindungi negara."
Namun tidak semanis perkataan beliau, acara KKR itu akhirnya dibubarkan sebelum waktunya. Lagi-lagi beliau berkomentar di media mengatakan : Ridwan meminta maaf. "Saya minta maaf, secara fisik saya tidak bisa di semua lokasi peristiwa."
Diakhiri dengan komentar guru saya di SMAN 1 Raya Nelli Mariati Saragih Sumbayak menuliskan biarlah Tuhan yang bekerja atas semua kejadian ini...Tuhan pasti adil se adil2nya... Terimakasih Bu dan saya langsung mengaminkanya.
Menutup tulisan ini selaku ketua cabang Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun di Kota Bandung menghimbau Mari Berdoa untuk Toleransi Indonesia.
Berikut kronologi kejadian yang dimuat dalam salah satu situs : Klik disini
![]() |
Doa sebelum pembubaran KKR Natal oleh Bpk. Stephen Tong |
Hari ni setelah membuka akun Facebook saya kembali merenung melihat beberapa komentar yang ada di beberapa postingan saya. Saya sangat kagum buat kaum Nasrani khususnya, banyak kejadian yang terjadi di akhir pekan ini. Seperti pengeboman di Medan sampai ke Samarinda yang mengorbankan anak kecil begitu juga dengan pembubaran KKR Natal.
Melihat respon yang selalu mengutamakan KASIH bukan permusuhan, serta banyaknya sesama umat Nasrani mengajak agak tidak terprovokasi dan tetap menjaga kebhinekaan dan terus menyuarakan semangat pemersatu karna KITA INDONESIA. Begitu juga dengan postingan saya sebelumnya menanggapi Aksi Penolakan KKR Natal di situs Wordpress saya https://jhonmejerpurba.wordpress.com/2016/12/06/penolakan-elemen-ormas-islam-jabar-memininta-kegiatan-kkr-natal-di-sabuga-dipindahkan/
Brberapa komentar yang terdapat di postingan saya antara lain mengatakan :
Kaban Tuah Fernando Purba Masyarakat sudah mulai kecanduan agama,, sudah menyembah agama, bukan Tuhan!
Resmi Saragih Yski Susah bang kalo ngomong sama iq jongkok hahha yg ga perlu d permasalahan aja jadi masalah..
Riko Suhendra Turnip Tetaplah bersyukur buat kejadian ini. Jgan pernah menghakimi. Jgan pernah mengutuk. Karna kita kristen yang slalu di ajarkan kasih
Sosok pendeta yang juga saya kenal dengan baik Pdt. Erik Barus berkomentar : Jangan arogan. Yesus sendiri mengatakan ketika dia mau disalibkan. Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Tuhan ada rencana lain, ujar Jenson Saragih menambahkan.
Ira Purba Sidagambir Bukan kah untuk jadi pemenang yang sesungguhnya itu memang harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan? Jadi mungkin inilah tantangan dan rintangan yg kita harus lewati untuk menjadi pemenang sejati. Ambil nilai positifnya aja
Ony Letare Dumasty Saragih Damai sejahtera tuk kita semua..ummat ciptaan Tuhan,Yesus beserta murid2Nya juga menerima cercaan,dihina dan di fitnah,ampuni semua hamba2 mu Tuhan.,,Amin
Luis Delapara Purba berkomentar hanya memakai hastag #bandungintoleran
Saya menjawab dengan lantang : Semoga tidak!
Mengingat kota Bandung di Tahun 2015 mendapatkan penganugrahan sebagai Percontohan Kota Ramah Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia oleh PBB dan salah satu yayasan internasional yang bergerak dalam hak asasi manusia.
Meskipun sedikit kecewa melihat postingan lewat akun Instagram, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mencoba menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan koordinasi soal itu, dan menulis: "Kegiatan dilanjut saja. Hak beragama Anda dilindungi negara."
Namun tidak semanis perkataan beliau, acara KKR itu akhirnya dibubarkan sebelum waktunya. Lagi-lagi beliau berkomentar di media mengatakan : Ridwan meminta maaf. "Saya minta maaf, secara fisik saya tidak bisa di semua lokasi peristiwa."
Diakhiri dengan komentar guru saya di SMAN 1 Raya Nelli Mariati Saragih Sumbayak menuliskan biarlah Tuhan yang bekerja atas semua kejadian ini...Tuhan pasti adil se adil2nya... Terimakasih Bu dan saya langsung mengaminkanya.
Menutup tulisan ini selaku ketua cabang Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun di Kota Bandung menghimbau Mari Berdoa untuk Toleransi Indonesia.
Berikut kronologi kejadian yang dimuat dalam salah satu situs :
http://www.beritasatu.com/nasional/403272-kronologi-pembubaran-kebaktian-kkr-natal-pdt-stephen-tong-di-bandung.html
Detail Penulis : Jhon Mejer Purba
Undergraduate Student of Institut Teknologi Bandung
Senator HIMAFI ITB di Kongres KM ITB 2015/2016
Ketua Cabang di HIMAPSI (Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun) Bandung
BADAN PENGURUS CABANG M.B 2015-2016 di GMKI Cabang Bandung
![]() |
Foto Aksi Penolakan KKR Natal di Jl.Tamansari, Kota Bandung |
Sejumlah elemen Ormas Islam dan lembaga dakwah di Jawa Barat yang tergabung dalam Pembela Ahlu Sunnah (PAS) mengadakan “aksi penolakan kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR)” Selasa, (6/12/2016) di Jl.Tamansari Kota Bandung. Aksi ini meminta kegiatan KKR oleh kaum Nasrani di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) di pindahkan ke gereja.
Mengacu SPB 2 Menteri pada pasal 1 point 3 yang menyebutkan bahwa rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga. Ketua PAS M.Roinul Balad menjelaskan bahwa permintaan pemindahan tempat acara tersebut ke gereja karena tidak sesuai antara tujuan acara yakni ibadat dengan fungsi gedung yang hendak digunakan. Beliau juga menambahkan “KKR adalah rangkaian ibadat. Sementara ibadat harus dilaksanakan di tempat atau rumah ibadat,” paparnya kepada Islamic News Agency (INA) Senin malam (5/12/2106)
Mencoba membandingkan pelaksanan salat pada “Aksi Bela Islam III” Jumat (2/12/2016) yang diadakan di sepanjang jalan raya di sekitaran Lapangan Monas. Apakah jalan raya merupakan rumah ibadat yang dimaksut mengacu SPB 2 Menteri ? Mari kita masing-masing setiap orang menjawab di dalam diri kita.
Melihat keadaan Indonesia sekarang ini memasuki babak transisi demokrasi, dini hari tadi Balige, Tobasamosir, Sumatera Utara Geger Penangkapan 10 Orang Terduga Teroris Menyebar di sosial media bahkan akhir-akhir ini Ideologi dan NKRI menjadi pertaruhan. Pergolakan dinamika hukum bergeser menjadi isu politik yang dinilai semakin tidak sehat. Mari bersama menjaga ketertiban serta masyarakat nasrani diharapkan dapat lebih menahan diri serta mampu cerdas dalam menyikapi aksi penolakan ini. Jangan sampai terprovakasi dengan menghubungkan kegiatan aksi yang mengatasnamakan masyarakat muslim jabar ini merupakan bentuk intoleransi kepada non-muslim.
Bulan desember ini ada momen spesial yang sudah ditunggu-tunggu, inilah saat berbenah hati mempersiapkan diri menyambut Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Mari kita berdoa serta menghimbau personel polri, TNI, serta instansi lainya untuk meningkatkan pengamanan yang dilakukan guna mewujutkan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan Natal serta menyambut Tahun Baru, baik pada saat beribadah, bersilaturahim, berwisata maupun berbagai aktivitas lainnya.
Semoga dalam menanti datangnya natal, kita semua dapat melakukan renungan akan apa yang telah kita perbuat untuk Tuhan Yesus, apa yang telah kita berikan kepada Tuhan Yesus, apakah kita telah memuliakan namaNya dan apakah kita telah memiliki iman percaya yang teguh. Semua itu dapat kita jadikan renungan dalam menyambut Natal.
Mari kita semua berpikir positif terhadap suatu masalah dengan tidak bermaksud menyudutkan satu pendapat. Kritik terhadap kebijakan, ketidaksesuaian pendapat dalam menyikapi suatu kegiatan menjadi hal yang wajar dan biasa, sepanjang caranya baik, baik untuk Indonesia, baik juga untuk rakyat. Satu dinamika yang mencerdaskan, baik dalam penegakan hukum, maupun politik, tentu niatnya adalah untuk koreksi agar lebih baik. Jangan sampai persoalan hukum ditunggangi oleh kepentingan politik sekelompok orang yang beraliran keras yang lebih cenderung memaksakan diri. Tetapi marilah kita menyuarakan semangat persatuan dengan lantang meneriakan “Kita Indonesia”.
KKR NATAL BANDUNG 2016 Akan diadakan KKR Natal Bandung 2016 pada hari Selasa, 6 Desember 2016, pk. 18.30, dipimpin oleh Pdt.Dr.Stephen Tong di Sabuga – ITB. Info:022-86060699/085105071880 begitulah informasi yang terdapat di website Gereja Reformed Injili Indonesia Bandung (http://griibandung.org/seminar-kkr/kkr-natal-bandung-2016/).
Purba secara etimologi bermakna timur, kata ini serumpun dengan kata "purwa" dalam bahasa Jawa. Kata ini berakar dari bahasa Sanskerta "purva". Pengaruh budaya India yang kental dengan corak Hindu-Buddha melalui bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa pada awal abad Masehi sangat besar peranannya dalam mewarnai kebudayaan nusantara. Pengaruh itu tentunya tidak terelakkan oleh suku Simalungun, akibat dari pengaruh yang berlangsung selama berabad-abad sehingga ditemukan cukup banyak budaya Simalungun yang bernuansa Hindu-Buddha.
Purba merupakan salah satu marga dari empat marga besar di Simalungun. Marga ini terbagi ke dalam beberapa cabang yaitu Tambak, Sidasuha, Sidadolog, Sidagambir, Sigumonrong, Silangit, Tambun Saribu, Tua, Tanjung, Pakpak, Siboro, Girsang, Tondang, Sihala, dan Manorsa. Penamaan Purba sebagai marga dari suatu kelompok masyarakat Simalungun dapat dideskripsikan bahwa nenek moyang mereka berasal dari arah timur pulau Sumatera. Leluhur awal marga Purba kemungkinan besar datang dari Siam ada dua lokasi yang diduga menjadi tempat berlabuh dan pintu masuknya ke Sumatera Timur, yaitu pesisir Serdang Bedagai dan Asahan sekarang. Batrlett (1952:633) menulis sebagaimana dikutip dari Arlin Dietrich (2003:13) bahwa nenek moyang orang Simalungun pada awalnya berkedudukan di pesisir pantai timur dan akibat desakan dari etnis Melayu yang datang dari Semenanjung Malaya kemudian mendirikan Kesultanan Melayu mereka lalu berpindah ke pedalaman hingga mencapai pantai Danau Toba dan berbaur dengan masyarakat setempat. Sampai sekarang penduduk Melayu di Serdang dan Deli masih banyak yang mengakui kalau nenek moyang mereka berawal dari suku Simalungun. Leluhur Purba yang pertama ini lalu mengidentifikasikan dirinya dengan sebutan orang yang berasal dari timur, dengan menggunakan bahasa Sanskerta "Purva", ia adalah seorang penganut Buddha. Ia diterima dengan baik oleh penduduk setempat dan diberikan keleluasaan untuk hidup bergaul bersama mereka. Si Purba kemudian menikahi salah seorang puteri dari kaum pribumi dan diberikan sebidang tanah untuk tempat tinggal.
Pada awalnya marga Purba tidak mengenal sub atau cabang marga seperti yang dikenal saat ini. Besar dugaan cabang-cabang yang ada sekarang merupakan hasil proses afiliasi dari para pendatang yang membaurkan diri dengan kelompok marga Purba awal. Artinya sebelum ada Tambak, Silangit, Sigumondrong, Sidasuha, Sidadolog, Sidagambir, Tanjung, Tambun Saribu, Tondang, Tua, Girsang, Pakpak, dan Siboro; kelompok masyarakat bermarga Purba itu telah ada. Jadi munculnya cabang tidak seiring dengan lahirnya induk marga, karena jauh sebelum adanya cabang, induk marga itu telah eksis di bumi Habonaron Do Bona. Terbentuknya cabang-cabang marga Purba baru terjadi pasca abad 11 masehi, pada masa sebelumnya belum dikenal adanya sub atau cabang marga. Sebagaimana penjelasan saya di atas bahwa terbentuknya cabang-cabang tersebut terjadi setelah adanya migrasi dari suku sekitar yaitu dari Pakpak dan Minangkabau. Artinya cabang-cabang marga Purba yg ada sekarang bukanlah keturunan langsung dari marga Purba melainkan pihak luar yang membaurkan diri atau berafiliasi ke dalam marga Purba agar dapat diterima menjadi bagian dari masyarakat pribumi yaitu masyarakat Hataran (Batak Timur), dimana pada masa itu belum dikenal istilah Simalungun. Bila dirunut pada masa itu telah terjadi 2 gelombang migrasi bangsa-bangsa dan suku yang masuk ke tanah Simalungun, yang pertama adalah komunitas pembentuk marga Purba yang datang dari Siam sebelum tahun 500 Masehi, yang kedua migrasi dari suku sekitar yang kemudian membentuk cabang-cabang marga Purba. Dalam buku Sari Sejarah Serdang edisi I karya Tengku Luckman Sinar yang dikutip dari tulisan Wikinson dalam buku Papers on Malay Subjects dijelaskan bahwa pada sekitar tahun 1377 Masehi telah terjadi gelombang eksodus masyarakat Minangkabau ke daerah pesisir Sumatera Timur setelah Singapura dihancurkan oleh Majapahit, kemudian diikuti gelombang kedua yg terjadi pada tahun 1611 Masehi, pada masa ini perpindahan mereka sampai ke semenanjung Malaya. Barangkali pada gelombang kedua inilah Pangulu Tambak Bawang leluhur awal Purba Tambak berkelana dari Pagaruyung ke tanah Simalungun.
Bila dirunut ke belakang sedikitnya ada 4 kelompok besar cabang marga Purba yg berbeda keturunan, yaitu:
1. Silangit,
2. Sigumondrong, Tambak, Sidasuha, Sidadolog, dan Sidagambir,
3. Tanjung, Tua, Tondang dan Tambun Saribu,
4. Siboro, Girsang, Pakpak, dan Sihala.
Menurut cerita lisan di Simalungun, leluhur Purba Silangit awalnya berdiam di sekitar Dolog Tinggi Raja. Akibat banjir besar melanda, daerah mereka jadi porak poranda yang mengakibatkan keturunannya menyebar ke sejumlah daerah seperti Gunung Mariah, Sinombah, Dolog Silou, Silou Kahean, dan Raya. Dari Gunung Mariah keturunannya kemudian banyak yang hijrah ke tanah Karo dan beralih menjadi Tarigan Silangit. Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa Purba Sigulang Batu lahir dari salah seorang keturunan Purba Silangit yang hijrah ke Humbang. Dan desa Silangit yang ada di Toba Samosir juga disinyalir ada kaitannya dengan Purba Silangit. Sementara untuk leluhur Purba Tambak datang dari Pagaruyung, ia mengembara melalui daerah Natal terus ke Singkil lalu ke Dairi, ia kemudian meneruskan perjalanan ke Simalungun. Ia mendirikan kampung pertama bernama Tambak Bawang, di mana di tempat itu ia membuat kolam di sebuah rawa-rawa (Simalungun: bawang/rawang). Ia adalah seorang pemburu yang ulung dan pemancing yang handal, hal inilah menginspirasi lahirnya simbol Purba Tambak yaitu "ultop" dan "bubu". Masyarakat disekitarnya pun berdatangan meramaikan tempat itu, mereka lalu mengangkatnya jadi Pangulu Tambak Bawang. Puteranya yang bernama Tuan Jigou lalu meneruskan jabatan ayahnya sebagai pangulu. Tuan Jigou ini melahirkan seorang putera bernama Tuan Sindar Lela. Puteranya inilah yang bertemu dengan Puteri Hijau di aliran Sungai Petani daerah Serbajadi sekarang dekat sebuah pohon tualang. Melalui bantuan Puteri Hijau, Tuan Sindar Lela berhasil mendapat tempat di lingkungan kerajaan Silou, ia pun diangkat jadi Raja Goraha Silou (Panglima perang Kerajaan Silou). Tuan Sindar Lela memiliki 2 orang putera, yang sulung bernama Tuan Toriti Purba Tambak Tualang dan yang bungsu bernama Tuan Timbangan Raja Purba Tambak Bawang. Anak yang sulung pindah ke Silou Buntu dan mendirikan Partuanon di tempat itu, sementara yang bungsu pindah ke Silou Dunia dan juga menjadi penguasa di tempat itu. Tuan Timbangan Raja inilah yang menikah dengan puteri Bunga Ncolei dari Kesain Jambur Lige Barus Jahe dan melahirkan 2 orang putera yang sulung bergelar Raja Rubun yang menjadi leluhur raja-raja Dolog Silou dari kelompok Purba Tambak Lombang dan yang bungsu diyakini sebagai leluhur asal Purba Sidasuha yang bergelar Tuan Suha Bolag. Kedua puteranya ini setelah beranjak dewasa berselisih, yang bungsu mengalah lalu bertualang sampai ke sekitar Tiga Runggu sekarang, di tempat itu ia mendirikan kampung Suha Bolag. Ialah yang menjadi tonggak awal berdirinya Kerajaan Panei. Pada generasi berikutnya, salah seorang keturunan Purba Sidasuha yang berdiam di sebuah pegunungan menamakan dirinya Purba Sidadolog, kelompok marga ini mendiami daerah Sinaman dan menjadi salah seorang keturunannya diangkat sebagai pembesar di Kerajaan Panei. Dari Purba Sidadolog ini muncul lagi Purba Sidagambir yang membelah diri akibat terjadinya perselisihan, Sidagambir sehari-hari bekerja sebagai penanam gambir, ia pindah ke tempat lain dan mendirikan kampung Rajaihuta, kemudian keturunannya mendirikan kampung baru bernama Dolog Huluan.
1. Silangit,
2. Sigumondrong, Tambak, Sidasuha, Sidadolog, dan Sidagambir,
3. Tanjung, Tua, Tondang dan Tambun Saribu,
4. Siboro, Girsang, Pakpak, dan Sihala.
Menurut cerita lisan di Simalungun, leluhur Purba Silangit awalnya berdiam di sekitar Dolog Tinggi Raja. Akibat banjir besar melanda, daerah mereka jadi porak poranda yang mengakibatkan keturunannya menyebar ke sejumlah daerah seperti Gunung Mariah, Sinombah, Dolog Silou, Silou Kahean, dan Raya. Dari Gunung Mariah keturunannya kemudian banyak yang hijrah ke tanah Karo dan beralih menjadi Tarigan Silangit. Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa Purba Sigulang Batu lahir dari salah seorang keturunan Purba Silangit yang hijrah ke Humbang. Dan desa Silangit yang ada di Toba Samosir juga disinyalir ada kaitannya dengan Purba Silangit. Sementara untuk leluhur Purba Tambak datang dari Pagaruyung, ia mengembara melalui daerah Natal terus ke Singkil lalu ke Dairi, ia kemudian meneruskan perjalanan ke Simalungun. Ia mendirikan kampung pertama bernama Tambak Bawang, di mana di tempat itu ia membuat kolam di sebuah rawa-rawa (Simalungun: bawang/rawang). Ia adalah seorang pemburu yang ulung dan pemancing yang handal, hal inilah menginspirasi lahirnya simbol Purba Tambak yaitu "ultop" dan "bubu". Masyarakat disekitarnya pun berdatangan meramaikan tempat itu, mereka lalu mengangkatnya jadi Pangulu Tambak Bawang. Puteranya yang bernama Tuan Jigou lalu meneruskan jabatan ayahnya sebagai pangulu. Tuan Jigou ini melahirkan seorang putera bernama Tuan Sindar Lela. Puteranya inilah yang bertemu dengan Puteri Hijau di aliran Sungai Petani daerah Serbajadi sekarang dekat sebuah pohon tualang. Melalui bantuan Puteri Hijau, Tuan Sindar Lela berhasil mendapat tempat di lingkungan kerajaan Silou, ia pun diangkat jadi Raja Goraha Silou (Panglima perang Kerajaan Silou). Tuan Sindar Lela memiliki 2 orang putera, yang sulung bernama Tuan Toriti Purba Tambak Tualang dan yang bungsu bernama Tuan Timbangan Raja Purba Tambak Bawang. Anak yang sulung pindah ke Silou Buntu dan mendirikan Partuanon di tempat itu, sementara yang bungsu pindah ke Silou Dunia dan juga menjadi penguasa di tempat itu. Tuan Timbangan Raja inilah yang menikah dengan puteri Bunga Ncolei dari Kesain Jambur Lige Barus Jahe dan melahirkan 2 orang putera yang sulung bergelar Raja Rubun yang menjadi leluhur raja-raja Dolog Silou dari kelompok Purba Tambak Lombang dan yang bungsu diyakini sebagai leluhur asal Purba Sidasuha yang bergelar Tuan Suha Bolag. Kedua puteranya ini setelah beranjak dewasa berselisih, yang bungsu mengalah lalu bertualang sampai ke sekitar Tiga Runggu sekarang, di tempat itu ia mendirikan kampung Suha Bolag. Ialah yang menjadi tonggak awal berdirinya Kerajaan Panei. Pada generasi berikutnya, salah seorang keturunan Purba Sidasuha yang berdiam di sebuah pegunungan menamakan dirinya Purba Sidadolog, kelompok marga ini mendiami daerah Sinaman dan menjadi salah seorang keturunannya diangkat sebagai pembesar di Kerajaan Panei. Dari Purba Sidadolog ini muncul lagi Purba Sidagambir yang membelah diri akibat terjadinya perselisihan, Sidagambir sehari-hari bekerja sebagai penanam gambir, ia pindah ke tempat lain dan mendirikan kampung Rajaihuta, kemudian keturunannya mendirikan kampung baru bernama Dolog Huluan.
Daftar Raja Dolog Silou:
1. Raja Rubun
2. Tuan Bedar Maralam
3. Tuan Rajomin
4. Tuan Moraijou
5. Tuan Taring
6. Tuan Lurni
7. Tuan Tanjarmahei
8. Tuan Ragaim
9. Tuan Bandar Alam
1. Raja Rubun
2. Tuan Bedar Maralam
3. Tuan Rajomin
4. Tuan Moraijou
5. Tuan Taring
6. Tuan Lurni
7. Tuan Tanjarmahei
8. Tuan Ragaim
9. Tuan Bandar Alam
Daftar Raja Panei:
1. Tuan Suha Bolag
2. Raja Panei II
3. Raja Panei III
4. Raja Panei IV
5. Raja Panei V
6. Raja Panei VI
7. Raja Panei VII
8. Raja Panei VIII
9. Tuan Sarmalam
10. Tuan Sarhalapa
11. Tuan Jintama
12. Tuan Jontama
13. Tuan Jadiammat
14. Tuan Bosar Sumalam
15. Tuan Marga Bulan (Raja Muda)
1. Tuan Suha Bolag
2. Raja Panei II
3. Raja Panei III
4. Raja Panei IV
5. Raja Panei V
6. Raja Panei VI
7. Raja Panei VII
8. Raja Panei VIII
9. Tuan Sarmalam
10. Tuan Sarhalapa
11. Tuan Jintama
12. Tuan Jontama
13. Tuan Jadiammat
14. Tuan Bosar Sumalam
15. Tuan Marga Bulan (Raja Muda)
Purba Sigumondrong berasal dari Lokkung, keturunannya kemudian menyebar ke Cingkes, Marubun, Togur, dan Raya, Simalungun. Marga ini merupakan keturunan dari Purba Tambak yang lahir dari boru Simarmata. Keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Gerneng. Adapun leluhur Purba Tondang berawal dari kampung Huta Tanoh di Kecamatan Purba, marga ini merupakan saudara dari Purba Tambun Saribu. Sebagian keturunannya meyakini leluhur mereka berasal dari Purba Parhorbo di Humbang. Keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Tendang. Saudaranya, Purba Tambun Saribu berasal dari Harangan Silombu dan Binangara di Kecamatan Purba, keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Tambun. Tua. Cabang marga Purba lainnya yaitu Purba Tua, marga ini adalah pendiri kampung Purba Tua yang berada di Kecamatan Silimakuta, sebagian meyakini marga ini merupakan saudara dari Purba Tanjung yang mendiami daerah Sipinggan, simpang Haranggaol. Keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Tua dan banyak bermukim di Juhar. marga inilah yang menerima kehadiran salah seorang keturunan marga Cibero di Juhar yang datang dari Tungtung Batu yang kemudian beralih menjadi Tarigan Sibero. Kampung asal Purba Tanjung berada di Sipinggan dekat simpang Haranggaol, sebagian keturunannya meyakini marga mereka lahir dari Purba Pakpak. Sedang pendapat lain mengatakan leluhur mereka adalah Purba Tambak, di mana salah seorang keturunannya pergi berdiam di sebuah tanjung di pinggiran Danau Toba.
Adapun marga Girsang, dari hasil investigasi penulis beberapa waktu yang lalu, di mana penulis menginterview salah seorang pengetua adat Pakpak marga Cibero. Ia menjelaskan bahwa Girsang adalah keturunan dari marga Cibero. Leluhur marga ini tinggal di sebuah bukit di kampung Lehu, pemukimannya itu diberikan oleh Raja Mandida Manik karena menikahi puterinya. Salah seorang keturunan si Girsang ada yang memiliki keahlian meramu obat sehingga dikenal juga dengan sebutan Datu Parulas dan menyumpit burung sehingga digelari juga dengan Pangultop. Adapun nama leluhur pertama marga Girsang yg datang langsung dari Pakpak menurutnya adalah 2 orang bersaudara yaitu Girsang Girsang dan Sondar Girsang, mereka ini keturunan ke 11 dari Raja Ghaib, leluhur pertama marga Cibero. Keduanya melakukan perburuan terhadap seekor burung, karena mengejar burung tersebut salah seorang di antara keduanya sampai ke Simalungun dan memasuki kampung Naga Mariah tanah ulayat marga Sinaga. Pada masa itu Tuan Naga Mariah tengah mendapat ancaman dari musuh yang datang dari Kerajaan Siantar, berkat bantuan si Girsang musuh dari Siantar dapat diatasi. Atas jasanya, Tuan Naga Mariah kemudian menikahkannya dengan puterinya dan menyerahkan tampuk kekuasaan padanya. Adapun penduduk asli tempat itu yaitu marga Sinaga, setelah kekuasaan beralih ke tangan si Girsang, mereka akhirnya banyak yang mengungsi ke Batu Karang dan menjadi marga Peranginangin Bangun. Di tempat itu, Si Girsang kemudian mendirikan kampung Naga Saribu sebagai ibukota Kerajaan Silima Huta dengan menggabungkan lima kampung yaitu Rakutbesi, Dolog Panribuan, Saribu Jandi, Mardingding, dan Nagamariah. Marga ini terbagi lagi menjadi Girsang Jabu Bolon, Girsang Na Godang, Girsang Parhara, Girsang Rumah Parik, dan Girsang Rumah Bolon. Sebagian keturunannya pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Gersang, kampung Sinaman di Kecamatan Tiga Panah merupakan salah satu kampung yang didirikan keturunan Girsang yang pindah ke tanah Karo. Adapun keturunan Purba Silangit ada juga yang menggabungkan diri dengan marga ini yang disebut dengan Girsang Silangit.
Peristiwa yang sama juga dialami salah seorang keturunan marga Cibero yang bergelar Pangultopultop, karena memburu seekor burung dari Tungtung Batu Kecamatan Silima Punggapungga membawa dirinya sampai ke Simalungun dan memasuki wilayah kekuasaan Tuan Simalobong salah satu partuanon dari Kerajaan Panei. Karena kepiawaiannya ia berhasil merebut hati rakyat Simalobong saat terjadi musim paceklik sehingga rakyat pun dengan sukarela memanggilnya raja. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kecemburuan Tuan Simalobong, karena ia merasa ialah satu-satunya yang berhak menyandang titel tersebut. Akibatnya Pangultopultop berurusan dengan pihak istana dan berhadapan langsung dengan Tuan Simalobong, peristiwa ini berujung dengan adu sumpah (marbija) antara keduanya yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Pangultopultop. Kepemimpinan kemudian jatuh ke tangannya, di bekas wilayah kekuasaan Tuan Simalobong, ia lalu mendirikan Kerajaan Purba dan mengidentifikasi dirinya dengan sebutan Purba Pakpak. Pengetua adat marga Cibero tersebut dengan tegas mengatakan bahwa Pangultopultop, sang pendiri Kerajaan Purba dan nenek moyang pertama Purba Pakpak juga bermarga Cibero. Nama asli Pangultopultop menurutnya adalah Gorga, ia memiliki seorang saudara yg bernama Buah atau Suksuk Langit, saudaranya inilah yg pindah ke Juhar dan menjadi Tarigan Sibero. Mereka ini merupakan generasi ke 20 dari Raja Ghaib, generasi awal marga Cibero. Kalau merujuk pada pendapat beliau, artinya lebih dahulu si Girsang merantau ke Simalungun dibanding si Parultop, ada selisih 9 generasi antara Girsang dan Parultop, leluhur Purba Pakpak. Di antara keturunan Purba Pakpak ada yang membelah diri dan menyebut marganya dengan Purba Sihala dan mendiami daerah Purba Hinalang, keturunannyalah yang pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Purba atau Tarigan Cikala yang banyak ditemukan di daerah Cingkes dan Tanjung Purba, Kecamatan Dolog Silou.
Peristiwa yang sama juga dialami salah seorang keturunan marga Cibero yang bergelar Pangultopultop, karena memburu seekor burung dari Tungtung Batu Kecamatan Silima Punggapungga membawa dirinya sampai ke Simalungun dan memasuki wilayah kekuasaan Tuan Simalobong salah satu partuanon dari Kerajaan Panei. Karena kepiawaiannya ia berhasil merebut hati rakyat Simalobong saat terjadi musim paceklik sehingga rakyat pun dengan sukarela memanggilnya raja. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kecemburuan Tuan Simalobong, karena ia merasa ialah satu-satunya yang berhak menyandang titel tersebut. Akibatnya Pangultopultop berurusan dengan pihak istana dan berhadapan langsung dengan Tuan Simalobong, peristiwa ini berujung dengan adu sumpah (marbija) antara keduanya yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Pangultopultop. Kepemimpinan kemudian jatuh ke tangannya, di bekas wilayah kekuasaan Tuan Simalobong, ia lalu mendirikan Kerajaan Purba dan mengidentifikasi dirinya dengan sebutan Purba Pakpak. Pengetua adat marga Cibero tersebut dengan tegas mengatakan bahwa Pangultopultop, sang pendiri Kerajaan Purba dan nenek moyang pertama Purba Pakpak juga bermarga Cibero. Nama asli Pangultopultop menurutnya adalah Gorga, ia memiliki seorang saudara yg bernama Buah atau Suksuk Langit, saudaranya inilah yg pindah ke Juhar dan menjadi Tarigan Sibero. Mereka ini merupakan generasi ke 20 dari Raja Ghaib, generasi awal marga Cibero. Kalau merujuk pada pendapat beliau, artinya lebih dahulu si Girsang merantau ke Simalungun dibanding si Parultop, ada selisih 9 generasi antara Girsang dan Parultop, leluhur Purba Pakpak. Di antara keturunan Purba Pakpak ada yang membelah diri dan menyebut marganya dengan Purba Sihala dan mendiami daerah Purba Hinalang, keturunannyalah yang pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Purba atau Tarigan Cikala yang banyak ditemukan di daerah Cingkes dan Tanjung Purba, Kecamatan Dolog Silou.
Daftar Raja Purba:
1. Tuan Pangultop Ultop (1624-1648)
2. Tuan Ranjiman (1648-1669)
3. Tuan Nanggaraja (1670-1692)
4. Tuan Batiran (1692-1717)
5. Tuan Bakkaraja (1718-1738)
6. Tuan Baringin (1738-1769)
7. Tuan Bona Batu (1769-1780)
8. Tuan Raja Ulan (1781-1769)
9. Tuan Atian (1800-1825)
10. Tuan Horma Bulan (1826-1856)
11.Tuan Raondop (1856-1886)
12.Tuan Rahalim (1886-1921)
13. Tuan Karel Tanjung (1921-1931)
14. Tuan Mogang (1933-1947)
1. Tuan Pangultop Ultop (1624-1648)
2. Tuan Ranjiman (1648-1669)
3. Tuan Nanggaraja (1670-1692)
4. Tuan Batiran (1692-1717)
5. Tuan Bakkaraja (1718-1738)
6. Tuan Baringin (1738-1769)
7. Tuan Bona Batu (1769-1780)
8. Tuan Raja Ulan (1781-1769)
9. Tuan Atian (1800-1825)
10. Tuan Horma Bulan (1826-1856)
11.Tuan Raondop (1856-1886)
12.Tuan Rahalim (1886-1921)
13. Tuan Karel Tanjung (1921-1931)
14. Tuan Mogang (1933-1947)
Mengenai komunitas marga Purba yang berada di Humbang, secara hukum adat berbeda dengan Purba Simalungun dan juga Purba Karo. Namun mereka kerap mengklaim Purba Simalungun adalah keturunan mereka, namun hal ini sangat bertentangan bila merujuk pada jumlah populasi dan generasi dari kedua marga. Populasi komunitas Purba Simalungun jauh lebih banyak dibanding mereka, demikian juga keberadaan Purba Simalungun sudah lebih dahulu eksis sehingga jumlah generasinya jauh lebih banyak dibanding Purba Humbang. Hal ini diperkuat dari informasi yang diperoleh oleh penulis dari Ketua Bidang Adat Punguan Marga Manurung yang berdomisli di Kota Pematang Siantar melalui rekannya yang mengatakan pada penulis bahwa Tuan Sorba Dijae alias Datu Pejel pernah mengambil istri boru Purba dari Simalungun saat ia berimigrasi dari Pangururan ke Sibisa. Saat masih di Pangururan ia sudah memiliki seorang istri bernama Siboru Anting Sabungan yang melahirkan 2 orang anak yaitu Raja Mardopang dan Raja Mangatur. Dari Raja Mardopang lahir marga Sirait, Sitorus, dan Butarbutar. Sedang dari Raja Mangatur lahir marga Manurung. Sebagaimana diketahui Tuan Sorba Dijae adalah putera dari Tuan Sorimangaraja hasil pernikahannya dengan Siboru Biding Laut yang lebih populer disebut dengan Nai Rasaon. Tuan Sorba Dijulu (Tuan Nabolon) dan Tuan Sorba Dibanua merupakan saudara seayah Tuan Sorba Dijae lain ibu. Ketiganya adalah generasi keempat dari Si Raja Batak. Sementara untuk Purba yang lahir dari Simamora adalah generasi keempat dari Tuan Sorba Dibanua dan generasi ketujuh dari Si Raja Batak. Tuan Sorba Dibanua memiliki delapan orang anak, salah satu diantaranya bernama Raja Sumba, dari Raja Sumba inilah lahir Simamora dan Sihombing kemudian dari Simamora lahir marga Purba yang saat ini banyak ditemui di wilayah Humbang.
Dari uraian ini dapat diketahui bahwa jauh sebelum lahirnya marga Purba di Humbang sudah ada komunitas marga Purba di Simalungun dibuktikan dengan adanya salah seorang isteri Tuan Sorba Dijae berasal dari kelompok Purba Simalungun. Dari kisah ini membuktikan bahwa di tanah Simalungun sejak lama sudah berkembang suatu peradaban besar yang dilakoni oleh para nenek moyang orang Simalungun.
ada ada aja :) |
"Jadi itu ngangkut air tebu, karena kurang muatan di tanjakan kan jadi goyang-goyang dan lebih berat ke belakang. Jadi naik truk tangkinya," kata Kasat Lantas Polres Temanggung AKP Andhika Wiratama yang dikonfirmasi detikcom, Kamis (28/8/2014).
Menurut Andhika, kedua truk itu sudah dievakuasi dengan mesin derek siang tadi. "Jadi pakai derek diturunkan dulu, terus kita tarik ke atas," imbuh Andhika.
Menurutnya, yang lebih dahulu ngetril yakni truk warna kuning, kemudian truk yang merah ingin nyalip tapi malah mengalami nasib yang sama.
"Ya keduanya kurang muatan, mestinya isinya full. Ini bukan karena hal gaib atau mistis, nggak ada itu," tegas dia.
Diakui dia, di kawasan itu memang kerap kendaraan mogok atau turun lagi karena ya itu tadi tanjakan yang terjal. "Kalau yang naik seperti itu baru pertama kali, tapi kalau mogok atau turun lagi sering. Kita sudah koordinasi dengan instansi terkait," tutupnya.
Simalungun, Tanah leluhur... Banyak keingin tahuan kita tentang tanah leluhur, kenapa bernama SIMALUNGUN ?
Menurut cerita rakyat, dulu SIMALUNGUN secara keseluruhan bernama KAMPUNG NAGUR, namun karena sebuah peristiwa ,KAMPUNG NAGUR tersebut kemudian diberi nama SIMALUNGUN.
Cerita rakyat tersebut berkisah,
Dahulu di wilyah sumatra utara terdapat sebuah kampung yang bernama KAMPUNG NAGUR, di Kampung Nagur terdapat sebuah kerjaan kecil yang bernama KERAJAAN TANAH DJAWO, yang merupakan Kerajaan suku batak yang dipimpin Seorang Raja bermarga SINAGA yang sangat adil, arif dan bijaksana.
Dalam menjalankan tugas pemerintahannya, sang Raja didampingi sejumlah hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan tentram.
Sementara itu, di luar wilayah NAGUR, terdapat pula 2/dua kerajaan suku batak yang berlainan marga, yakni KERAJAAN SILOU dari marga PURBA TAMBAK dan KERAJAAN RAYA dari marga SARAGIH GARINGGING.
Meskipun berlainan marga, ketiga kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan, demikian pula rakyatnya pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Karena kemakmuran ketiga kerajaan ini, ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.
Suatu hari, tersiar kabar bahwa KERAJAAN MAJAPAHIT dari tanah jawa akan datang menyerang KERAJAAN NAGUR, mendengar kabar tersebut, RAJA SINAGA pun meminta bantuan dari KERAJAAN SILOU dan KERAJAAN RAYA, dan persekutuan ketiga kerajaan ini pun terbentuk untuk menangkal serangan dari KERAJAAN MAJAPAHIT.
Karena persekutuan ketiga kerajaan ini, ternyata sanggup menangkal dan bahkan mengusir pasukan KERAJAAN MAJAPAHIT keluar dari wilayah ketiganya. Persekutuan ketiga kerajaan ini pun di uji kembali saat KERAJAAN SILOU mendapat serangan dari KERAJAAN ACEH dan kerajaan aceh pun lari tunggang langgang kembali ke asalnya karena persekutuan rakyat dan hulubalang/pasukan KERAJAAN NAGUR-KERAJAAN SILOU-KERAJAAN RAYA.
Akan tetapi ujian persekutuan ketiga kerajaan ini hancur karena serangan mendadak dari ribuan pasukan tentara (sayangnya tidak disebutkan dari kerajaan mana asal serangan ini) yang menyerang secara bergantian. Pertama-tama yang diserang adalah KERAJAAN NAGUR, kemudian KERAJAAN SILOU dan akhirnya KERAJAAN RAYA pun takluk. Para Raja dan anggota keluarga, hulubalang serta rakyat terpaksa mengungsi menyelamatkan diri dan terus berlari berpindah-pindah lokasi dari kejaran musuh secara berkelompok (makanya sampai saat ini orang BATAK (SIMALUNGUN-TOBA-KARO-MANDAILING) selalu hidup dalam kelompok-kelompok dimanapun mereka berada, membentuk suatu persekutuan-persekutuan kecil (PUNGUAN) dalam menghadapi setiap masalah suka dan duka).
Dan didalam masa pelariannya mereka terpecah dalam kelompok-kelompok marga/kerajaan, kelompok KERAJAAN NAGUR akhirnya menemukan suatu wilayah tak bertuan yang mereka beri nama "TANAH SAHILI MISIR" yang saat ini dikenal sebagai PULAU SAMOSIR yang terletak di tengah-tengah DANAU TOBA. Disinilah KERAJAAN NAGUR mulai menata kembali kehidupannya, mereka mulai bercocok tanam dengan membuka ladang dan sawah.
Setelah sekian lama menetap di SAHILI MISIR, kehidupan KERAJAAN NAGUR mulai membaik dan tertata seperti semula, bahkan di TANAH SAHILI MISIR ini mereka telah beranak cucu. Dan suatu saat timbul kerinduan akan TANAH LELUHUR, tanah KAMPUNG/KERAJAAN NAGUR yang sesungguhnya, akhirnya diadakanlah sebuah musyawarah :
" Siapa diantara kalian yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR ?" tanya seorang sesepuh selaku pemimpin musyawarah. Mendengar pertanyaan tersebut, sebagian rakyat enggan untuk kembali ke TANAH LELUHURnya. " Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami ? apakah kalian tidak rindu dengan TANAH LELUHUR ? tanya sang sesepuh kepada rakyatnya. " Maaf Tuan Sesepuh, sebenarnya kami pun sangat rindu akan TANAH LELUHUR, tapi kami sudah merasa nyaman tinggal di TANAH SAHILI MISIR ini, tanah ini sudah menjadi TANAH LELUHUR bagi kami (ini mungkin suatu penggalan cerita adanya MARGA SINAGA TOBA dan SINAGA SIMALUNGUN), disini kami sudah memiliki ladang dan sawah juga hewan ternak, kalau kami ikut ke TANAH NAGUR, TANAH LELUHUR bagaimana dengan sawah, ladang dan hewan ternak kami ? jawab rakyat dan sebagian dukungan dari rakyat KERAJAAN NAGUR.
"Baiklah ... kalau begitu bila kalian ingin tetap di TANAH SAHILI MISIR ini, tinggallah kalian disini, rawatlah TANAH SAHILI MISIR ini baik-baik. Dan bagi yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR, TANAH NAGUR, bersiaplah dan kita akan segera kembali kesana.
Akhirnya dengan persiapan yang sudah matang sebagian rakyat dan sesepuh KERAJAAN NAGUR berangkat kembali ke KERAJAAN NAGUR sesungguhnya, ... TANAH LELUHUR. Setelah berhari-hari dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di TANAH LELUHUR tersebut, dan saat mereka sampai beberapa dari rakyat saling berpelukan dan bertangisan diatas TANAH LELUHUR, tangis duka akan tragedi yang membuat mereka harus meninggalkan TANAH LELUHUR dan tangis suka, karena mereka telah kembali ke TANAH LELUHUR. Semua bangunan KERAJAAN NAGUR dan rumah-rumah mereka telah tiada, berganti dengan semak belukar dan pepohonan yang tumbuh dengan subur :
"Sima-sima Nalungun " yang artinya daerah yang sunyi dan sepi, dan sejak itulah TANAH NAGUR berubah nama/sebutan menjadi SIMA-SIMA NALUNGUN... dan sampai saat ini daerah tersebut dinamai SIMALUNGUN.
Akhir dari cerita ini adalah ORANG SIMALUNGUN sejak dulu CINTA DAMAI (bersekutu dengan marga lain), SELALU BERMUSYAWARAH dan MENGHARGAI PERBEDAAN PENDAPAT, dan yang paling HEBAT adalah ORANG SIMALUNGUN sangat menghargai jasa-jasa leluhurnya/pahlawannya, jauh sebelum BUNG KARNO mengucapkan "Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya"... BANGGALAH JADI ORANG SIMALUNGUN !!
Cerita ini adalah hanya sebahagian kecil dari cerita-cerita rakyat lainnya yang mungkin berbeda dalam pemaparan, akan tetapi semua cerita rakyat mempunyai satu tujuan mulia, agar kita generasi penerus memahami sejarah akan tanah leluhurnya.
Menurut cerita rakyat, dulu SIMALUNGUN secara keseluruhan bernama KAMPUNG NAGUR, namun karena sebuah peristiwa ,KAMPUNG NAGUR tersebut kemudian diberi nama SIMALUNGUN.
Cerita rakyat tersebut berkisah,
Dahulu di wilyah sumatra utara terdapat sebuah kampung yang bernama KAMPUNG NAGUR, di Kampung Nagur terdapat sebuah kerjaan kecil yang bernama KERAJAAN TANAH DJAWO, yang merupakan Kerajaan suku batak yang dipimpin Seorang Raja bermarga SINAGA yang sangat adil, arif dan bijaksana.
Dalam menjalankan tugas pemerintahannya, sang Raja didampingi sejumlah hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan tentram.
Sementara itu, di luar wilayah NAGUR, terdapat pula 2/dua kerajaan suku batak yang berlainan marga, yakni KERAJAAN SILOU dari marga PURBA TAMBAK dan KERAJAAN RAYA dari marga SARAGIH GARINGGING.
Meskipun berlainan marga, ketiga kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan, demikian pula rakyatnya pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Karena kemakmuran ketiga kerajaan ini, ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.
Suatu hari, tersiar kabar bahwa KERAJAAN MAJAPAHIT dari tanah jawa akan datang menyerang KERAJAAN NAGUR, mendengar kabar tersebut, RAJA SINAGA pun meminta bantuan dari KERAJAAN SILOU dan KERAJAAN RAYA, dan persekutuan ketiga kerajaan ini pun terbentuk untuk menangkal serangan dari KERAJAAN MAJAPAHIT.
Karena persekutuan ketiga kerajaan ini, ternyata sanggup menangkal dan bahkan mengusir pasukan KERAJAAN MAJAPAHIT keluar dari wilayah ketiganya. Persekutuan ketiga kerajaan ini pun di uji kembali saat KERAJAAN SILOU mendapat serangan dari KERAJAAN ACEH dan kerajaan aceh pun lari tunggang langgang kembali ke asalnya karena persekutuan rakyat dan hulubalang/pasukan KERAJAAN NAGUR-KERAJAAN SILOU-KERAJAAN RAYA.
Akan tetapi ujian persekutuan ketiga kerajaan ini hancur karena serangan mendadak dari ribuan pasukan tentara (sayangnya tidak disebutkan dari kerajaan mana asal serangan ini) yang menyerang secara bergantian. Pertama-tama yang diserang adalah KERAJAAN NAGUR, kemudian KERAJAAN SILOU dan akhirnya KERAJAAN RAYA pun takluk. Para Raja dan anggota keluarga, hulubalang serta rakyat terpaksa mengungsi menyelamatkan diri dan terus berlari berpindah-pindah lokasi dari kejaran musuh secara berkelompok (makanya sampai saat ini orang BATAK (SIMALUNGUN-TOBA-KARO-MANDAILING) selalu hidup dalam kelompok-kelompok dimanapun mereka berada, membentuk suatu persekutuan-persekutuan kecil (PUNGUAN) dalam menghadapi setiap masalah suka dan duka).
Dan didalam masa pelariannya mereka terpecah dalam kelompok-kelompok marga/kerajaan, kelompok KERAJAAN NAGUR akhirnya menemukan suatu wilayah tak bertuan yang mereka beri nama "TANAH SAHILI MISIR" yang saat ini dikenal sebagai PULAU SAMOSIR yang terletak di tengah-tengah DANAU TOBA. Disinilah KERAJAAN NAGUR mulai menata kembali kehidupannya, mereka mulai bercocok tanam dengan membuka ladang dan sawah.
Setelah sekian lama menetap di SAHILI MISIR, kehidupan KERAJAAN NAGUR mulai membaik dan tertata seperti semula, bahkan di TANAH SAHILI MISIR ini mereka telah beranak cucu. Dan suatu saat timbul kerinduan akan TANAH LELUHUR, tanah KAMPUNG/KERAJAAN NAGUR yang sesungguhnya, akhirnya diadakanlah sebuah musyawarah :
" Siapa diantara kalian yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR ?" tanya seorang sesepuh selaku pemimpin musyawarah. Mendengar pertanyaan tersebut, sebagian rakyat enggan untuk kembali ke TANAH LELUHURnya. " Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami ? apakah kalian tidak rindu dengan TANAH LELUHUR ? tanya sang sesepuh kepada rakyatnya. " Maaf Tuan Sesepuh, sebenarnya kami pun sangat rindu akan TANAH LELUHUR, tapi kami sudah merasa nyaman tinggal di TANAH SAHILI MISIR ini, tanah ini sudah menjadi TANAH LELUHUR bagi kami (ini mungkin suatu penggalan cerita adanya MARGA SINAGA TOBA dan SINAGA SIMALUNGUN), disini kami sudah memiliki ladang dan sawah juga hewan ternak, kalau kami ikut ke TANAH NAGUR, TANAH LELUHUR bagaimana dengan sawah, ladang dan hewan ternak kami ? jawab rakyat dan sebagian dukungan dari rakyat KERAJAAN NAGUR.
"Baiklah ... kalau begitu bila kalian ingin tetap di TANAH SAHILI MISIR ini, tinggallah kalian disini, rawatlah TANAH SAHILI MISIR ini baik-baik. Dan bagi yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR, TANAH NAGUR, bersiaplah dan kita akan segera kembali kesana.
Akhirnya dengan persiapan yang sudah matang sebagian rakyat dan sesepuh KERAJAAN NAGUR berangkat kembali ke KERAJAAN NAGUR sesungguhnya, ... TANAH LELUHUR. Setelah berhari-hari dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di TANAH LELUHUR tersebut, dan saat mereka sampai beberapa dari rakyat saling berpelukan dan bertangisan diatas TANAH LELUHUR, tangis duka akan tragedi yang membuat mereka harus meninggalkan TANAH LELUHUR dan tangis suka, karena mereka telah kembali ke TANAH LELUHUR. Semua bangunan KERAJAAN NAGUR dan rumah-rumah mereka telah tiada, berganti dengan semak belukar dan pepohonan yang tumbuh dengan subur :
TANAH LELUHUR, TANAH NAGUR, TANAH YANG SUBUR --- , TANAH SIMALUNGUN....
memandangi itu semua dengan airmata yang masih membasahi setiap kelopak mata mereka bergumam :"SIMA-SIMA NALUNGUN"
"Sima-sima Nalungun " yang artinya daerah yang sunyi dan sepi, dan sejak itulah TANAH NAGUR berubah nama/sebutan menjadi SIMA-SIMA NALUNGUN... dan sampai saat ini daerah tersebut dinamai SIMALUNGUN.
Akhir dari cerita ini adalah ORANG SIMALUNGUN sejak dulu CINTA DAMAI (bersekutu dengan marga lain), SELALU BERMUSYAWARAH dan MENGHARGAI PERBEDAAN PENDAPAT, dan yang paling HEBAT adalah ORANG SIMALUNGUN sangat menghargai jasa-jasa leluhurnya/pahlawannya, jauh sebelum BUNG KARNO mengucapkan "Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya"... BANGGALAH JADI ORANG SIMALUNGUN !!
Cerita ini adalah hanya sebahagian kecil dari cerita-cerita rakyat lainnya yang mungkin berbeda dalam pemaparan, akan tetapi semua cerita rakyat mempunyai satu tujuan mulia, agar kita generasi penerus memahami sejarah akan tanah leluhurnya.
Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Screnshoot isi WA Rizieq dan Firza pada video Kembali memperoleh dokumenter perselingkuhan Habib Rizieq Shihab dan Firza Husein. Anonymous ...
-
Purba secara etimologi bermakna timur, kata ini serumpun dengan kata "purwa" dalam bahasa Jawa. Kata ini berakar dari bahasa Sansk...
-
Bima Arya Sugiarto Politisi Dr. Bima Arya Sugiarto adalah seorang politisi Indonesia. Bima adalah wali kota Bogor periode 2014-2019. Bima la...
-
daftar beasiswa 2018, daftar beasiswa 2017, beasiswa luar negeri 2018, beasiswa luar negeri 2017, beasiswa 2017,beasiswa 2018 silakan diba...
-
Persyaratan yang harus dipenuhi calon mahasiswa meliputi hal-hal berikut: Persyaratan tidak buta warna total maupun parsial, untuk Fakultas/...
-
Acara penutupan Pesta Rondang Bittang (PRB) dengan menggelar acara Haroan Bolon (gotong royong) dan tortor sombah, akan dihadiri 8 ribu warg...
-
Foto: Getty Images Salah satu masalah klasik mereka yang telah lulus kuliah adalah bingung mau kerja apa. Bahkan tak jarang yang 'asal b...
Recent Comment