Asal Mula Nama Simalungun , Sumatra Utara - Indonesia (Cerita Lain Dari Sebuah Cerita Rakyat)
Unknown
21.41
0
Simalungun, Tanah leluhur... Banyak keingin tahuan kita tentang tanah leluhur, kenapa bernama SIMALUNGUN ?
Menurut cerita rakyat, dulu SIMALUNGUN secara keseluruhan bernama KAMPUNG NAGUR, namun karena sebuah peristiwa ,KAMPUNG NAGUR tersebut kemudian diberi nama SIMALUNGUN.
Cerita rakyat tersebut berkisah,
Dahulu di wilyah sumatra utara terdapat sebuah kampung yang bernama KAMPUNG NAGUR, di Kampung Nagur terdapat sebuah kerjaan kecil yang bernama KERAJAAN TANAH DJAWO, yang merupakan Kerajaan suku batak yang dipimpin Seorang Raja bermarga SINAGA yang sangat adil, arif dan bijaksana.
Dalam menjalankan tugas pemerintahannya, sang Raja didampingi sejumlah hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan tentram.
Sementara itu, di luar wilayah NAGUR, terdapat pula 2/dua kerajaan suku batak yang berlainan marga, yakni KERAJAAN SILOU dari marga PURBA TAMBAK dan KERAJAAN RAYA dari marga SARAGIH GARINGGING.
Meskipun berlainan marga, ketiga kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan, demikian pula rakyatnya pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Karena kemakmuran ketiga kerajaan ini, ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.
Suatu hari, tersiar kabar bahwa KERAJAAN MAJAPAHIT dari tanah jawa akan datang menyerang KERAJAAN NAGUR, mendengar kabar tersebut, RAJA SINAGA pun meminta bantuan dari KERAJAAN SILOU dan KERAJAAN RAYA, dan persekutuan ketiga kerajaan ini pun terbentuk untuk menangkal serangan dari KERAJAAN MAJAPAHIT.
Karena persekutuan ketiga kerajaan ini, ternyata sanggup menangkal dan bahkan mengusir pasukan KERAJAAN MAJAPAHIT keluar dari wilayah ketiganya. Persekutuan ketiga kerajaan ini pun di uji kembali saat KERAJAAN SILOU mendapat serangan dari KERAJAAN ACEH dan kerajaan aceh pun lari tunggang langgang kembali ke asalnya karena persekutuan rakyat dan hulubalang/pasukan KERAJAAN NAGUR-KERAJAAN SILOU-KERAJAAN RAYA.
Akan tetapi ujian persekutuan ketiga kerajaan ini hancur karena serangan mendadak dari ribuan pasukan tentara (sayangnya tidak disebutkan dari kerajaan mana asal serangan ini) yang menyerang secara bergantian. Pertama-tama yang diserang adalah KERAJAAN NAGUR, kemudian KERAJAAN SILOU dan akhirnya KERAJAAN RAYA pun takluk. Para Raja dan anggota keluarga, hulubalang serta rakyat terpaksa mengungsi menyelamatkan diri dan terus berlari berpindah-pindah lokasi dari kejaran musuh secara berkelompok (makanya sampai saat ini orang BATAK (SIMALUNGUN-TOBA-KARO-MANDAILING) selalu hidup dalam kelompok-kelompok dimanapun mereka berada, membentuk suatu persekutuan-persekutuan kecil (PUNGUAN) dalam menghadapi setiap masalah suka dan duka).
Dan didalam masa pelariannya mereka terpecah dalam kelompok-kelompok marga/kerajaan, kelompok KERAJAAN NAGUR akhirnya menemukan suatu wilayah tak bertuan yang mereka beri nama "TANAH SAHILI MISIR" yang saat ini dikenal sebagai PULAU SAMOSIR yang terletak di tengah-tengah DANAU TOBA. Disinilah KERAJAAN NAGUR mulai menata kembali kehidupannya, mereka mulai bercocok tanam dengan membuka ladang dan sawah.
Setelah sekian lama menetap di SAHILI MISIR, kehidupan KERAJAAN NAGUR mulai membaik dan tertata seperti semula, bahkan di TANAH SAHILI MISIR ini mereka telah beranak cucu. Dan suatu saat timbul kerinduan akan TANAH LELUHUR, tanah KAMPUNG/KERAJAAN NAGUR yang sesungguhnya, akhirnya diadakanlah sebuah musyawarah :
" Siapa diantara kalian yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR ?" tanya seorang sesepuh selaku pemimpin musyawarah. Mendengar pertanyaan tersebut, sebagian rakyat enggan untuk kembali ke TANAH LELUHURnya. " Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami ? apakah kalian tidak rindu dengan TANAH LELUHUR ? tanya sang sesepuh kepada rakyatnya. " Maaf Tuan Sesepuh, sebenarnya kami pun sangat rindu akan TANAH LELUHUR, tapi kami sudah merasa nyaman tinggal di TANAH SAHILI MISIR ini, tanah ini sudah menjadi TANAH LELUHUR bagi kami (ini mungkin suatu penggalan cerita adanya MARGA SINAGA TOBA dan SINAGA SIMALUNGUN), disini kami sudah memiliki ladang dan sawah juga hewan ternak, kalau kami ikut ke TANAH NAGUR, TANAH LELUHUR bagaimana dengan sawah, ladang dan hewan ternak kami ? jawab rakyat dan sebagian dukungan dari rakyat KERAJAAN NAGUR.
"Baiklah ... kalau begitu bila kalian ingin tetap di TANAH SAHILI MISIR ini, tinggallah kalian disini, rawatlah TANAH SAHILI MISIR ini baik-baik. Dan bagi yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR, TANAH NAGUR, bersiaplah dan kita akan segera kembali kesana.
Akhirnya dengan persiapan yang sudah matang sebagian rakyat dan sesepuh KERAJAAN NAGUR berangkat kembali ke KERAJAAN NAGUR sesungguhnya, ... TANAH LELUHUR. Setelah berhari-hari dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di TANAH LELUHUR tersebut, dan saat mereka sampai beberapa dari rakyat saling berpelukan dan bertangisan diatas TANAH LELUHUR, tangis duka akan tragedi yang membuat mereka harus meninggalkan TANAH LELUHUR dan tangis suka, karena mereka telah kembali ke TANAH LELUHUR. Semua bangunan KERAJAAN NAGUR dan rumah-rumah mereka telah tiada, berganti dengan semak belukar dan pepohonan yang tumbuh dengan subur :
"Sima-sima Nalungun " yang artinya daerah yang sunyi dan sepi, dan sejak itulah TANAH NAGUR berubah nama/sebutan menjadi SIMA-SIMA NALUNGUN... dan sampai saat ini daerah tersebut dinamai SIMALUNGUN.
Akhir dari cerita ini adalah ORANG SIMALUNGUN sejak dulu CINTA DAMAI (bersekutu dengan marga lain), SELALU BERMUSYAWARAH dan MENGHARGAI PERBEDAAN PENDAPAT, dan yang paling HEBAT adalah ORANG SIMALUNGUN sangat menghargai jasa-jasa leluhurnya/pahlawannya, jauh sebelum BUNG KARNO mengucapkan "Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya"... BANGGALAH JADI ORANG SIMALUNGUN !!
Cerita ini adalah hanya sebahagian kecil dari cerita-cerita rakyat lainnya yang mungkin berbeda dalam pemaparan, akan tetapi semua cerita rakyat mempunyai satu tujuan mulia, agar kita generasi penerus memahami sejarah akan tanah leluhurnya.
Menurut cerita rakyat, dulu SIMALUNGUN secara keseluruhan bernama KAMPUNG NAGUR, namun karena sebuah peristiwa ,KAMPUNG NAGUR tersebut kemudian diberi nama SIMALUNGUN.
Cerita rakyat tersebut berkisah,
Dahulu di wilyah sumatra utara terdapat sebuah kampung yang bernama KAMPUNG NAGUR, di Kampung Nagur terdapat sebuah kerjaan kecil yang bernama KERAJAAN TANAH DJAWO, yang merupakan Kerajaan suku batak yang dipimpin Seorang Raja bermarga SINAGA yang sangat adil, arif dan bijaksana.
Dalam menjalankan tugas pemerintahannya, sang Raja didampingi sejumlah hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan tentram.
Sementara itu, di luar wilayah NAGUR, terdapat pula 2/dua kerajaan suku batak yang berlainan marga, yakni KERAJAAN SILOU dari marga PURBA TAMBAK dan KERAJAAN RAYA dari marga SARAGIH GARINGGING.
Meskipun berlainan marga, ketiga kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan, demikian pula rakyatnya pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Karena kemakmuran ketiga kerajaan ini, ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.
Suatu hari, tersiar kabar bahwa KERAJAAN MAJAPAHIT dari tanah jawa akan datang menyerang KERAJAAN NAGUR, mendengar kabar tersebut, RAJA SINAGA pun meminta bantuan dari KERAJAAN SILOU dan KERAJAAN RAYA, dan persekutuan ketiga kerajaan ini pun terbentuk untuk menangkal serangan dari KERAJAAN MAJAPAHIT.
Karena persekutuan ketiga kerajaan ini, ternyata sanggup menangkal dan bahkan mengusir pasukan KERAJAAN MAJAPAHIT keluar dari wilayah ketiganya. Persekutuan ketiga kerajaan ini pun di uji kembali saat KERAJAAN SILOU mendapat serangan dari KERAJAAN ACEH dan kerajaan aceh pun lari tunggang langgang kembali ke asalnya karena persekutuan rakyat dan hulubalang/pasukan KERAJAAN NAGUR-KERAJAAN SILOU-KERAJAAN RAYA.
Akan tetapi ujian persekutuan ketiga kerajaan ini hancur karena serangan mendadak dari ribuan pasukan tentara (sayangnya tidak disebutkan dari kerajaan mana asal serangan ini) yang menyerang secara bergantian. Pertama-tama yang diserang adalah KERAJAAN NAGUR, kemudian KERAJAAN SILOU dan akhirnya KERAJAAN RAYA pun takluk. Para Raja dan anggota keluarga, hulubalang serta rakyat terpaksa mengungsi menyelamatkan diri dan terus berlari berpindah-pindah lokasi dari kejaran musuh secara berkelompok (makanya sampai saat ini orang BATAK (SIMALUNGUN-TOBA-KARO-MANDAILING) selalu hidup dalam kelompok-kelompok dimanapun mereka berada, membentuk suatu persekutuan-persekutuan kecil (PUNGUAN) dalam menghadapi setiap masalah suka dan duka).
Dan didalam masa pelariannya mereka terpecah dalam kelompok-kelompok marga/kerajaan, kelompok KERAJAAN NAGUR akhirnya menemukan suatu wilayah tak bertuan yang mereka beri nama "TANAH SAHILI MISIR" yang saat ini dikenal sebagai PULAU SAMOSIR yang terletak di tengah-tengah DANAU TOBA. Disinilah KERAJAAN NAGUR mulai menata kembali kehidupannya, mereka mulai bercocok tanam dengan membuka ladang dan sawah.
Setelah sekian lama menetap di SAHILI MISIR, kehidupan KERAJAAN NAGUR mulai membaik dan tertata seperti semula, bahkan di TANAH SAHILI MISIR ini mereka telah beranak cucu. Dan suatu saat timbul kerinduan akan TANAH LELUHUR, tanah KAMPUNG/KERAJAAN NAGUR yang sesungguhnya, akhirnya diadakanlah sebuah musyawarah :
" Siapa diantara kalian yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR ?" tanya seorang sesepuh selaku pemimpin musyawarah. Mendengar pertanyaan tersebut, sebagian rakyat enggan untuk kembali ke TANAH LELUHURnya. " Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami ? apakah kalian tidak rindu dengan TANAH LELUHUR ? tanya sang sesepuh kepada rakyatnya. " Maaf Tuan Sesepuh, sebenarnya kami pun sangat rindu akan TANAH LELUHUR, tapi kami sudah merasa nyaman tinggal di TANAH SAHILI MISIR ini, tanah ini sudah menjadi TANAH LELUHUR bagi kami (ini mungkin suatu penggalan cerita adanya MARGA SINAGA TOBA dan SINAGA SIMALUNGUN), disini kami sudah memiliki ladang dan sawah juga hewan ternak, kalau kami ikut ke TANAH NAGUR, TANAH LELUHUR bagaimana dengan sawah, ladang dan hewan ternak kami ? jawab rakyat dan sebagian dukungan dari rakyat KERAJAAN NAGUR.
"Baiklah ... kalau begitu bila kalian ingin tetap di TANAH SAHILI MISIR ini, tinggallah kalian disini, rawatlah TANAH SAHILI MISIR ini baik-baik. Dan bagi yang ingin kembali ke TANAH LELUHUR, TANAH NAGUR, bersiaplah dan kita akan segera kembali kesana.
Akhirnya dengan persiapan yang sudah matang sebagian rakyat dan sesepuh KERAJAAN NAGUR berangkat kembali ke KERAJAAN NAGUR sesungguhnya, ... TANAH LELUHUR. Setelah berhari-hari dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di TANAH LELUHUR tersebut, dan saat mereka sampai beberapa dari rakyat saling berpelukan dan bertangisan diatas TANAH LELUHUR, tangis duka akan tragedi yang membuat mereka harus meninggalkan TANAH LELUHUR dan tangis suka, karena mereka telah kembali ke TANAH LELUHUR. Semua bangunan KERAJAAN NAGUR dan rumah-rumah mereka telah tiada, berganti dengan semak belukar dan pepohonan yang tumbuh dengan subur :
TANAH LELUHUR, TANAH NAGUR, TANAH YANG SUBUR --- , TANAH SIMALUNGUN....
memandangi itu semua dengan airmata yang masih membasahi setiap kelopak mata mereka bergumam :"SIMA-SIMA NALUNGUN"
"Sima-sima Nalungun " yang artinya daerah yang sunyi dan sepi, dan sejak itulah TANAH NAGUR berubah nama/sebutan menjadi SIMA-SIMA NALUNGUN... dan sampai saat ini daerah tersebut dinamai SIMALUNGUN.
Akhir dari cerita ini adalah ORANG SIMALUNGUN sejak dulu CINTA DAMAI (bersekutu dengan marga lain), SELALU BERMUSYAWARAH dan MENGHARGAI PERBEDAAN PENDAPAT, dan yang paling HEBAT adalah ORANG SIMALUNGUN sangat menghargai jasa-jasa leluhurnya/pahlawannya, jauh sebelum BUNG KARNO mengucapkan "Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya"... BANGGALAH JADI ORANG SIMALUNGUN !!
Cerita ini adalah hanya sebahagian kecil dari cerita-cerita rakyat lainnya yang mungkin berbeda dalam pemaparan, akan tetapi semua cerita rakyat mempunyai satu tujuan mulia, agar kita generasi penerus memahami sejarah akan tanah leluhurnya.
Segala masukan dan koreksi sangat terbuka untuk mengedit artikel ini (open source) yang tentunya dengan data dan fakta serta sumber berita yang akurat sehingga apa yang menjadi koreksi bisa bermanfaat untuk menambah "celah-celah" yang hilang dari sejarah SIMALUNGUN pada umumnya, dan sejarah MARGA/BORU GIRSANG pada khususnya.
Tidak ada komentar